Senin, 30 Desember 2013

Harusnya...Tapi Tidak.

ini senang atau sedih?
aku tak tahu
harusnya aku marah..tapi tak bisa
harusnya aku sedih..tapi tak mau
tahu kenapa? karena aku tak ingin kau ikut sedih

ini apa? harusnya kemarin tak bilang apa-apa
tapi kalau tak bilang, maka tak pernah tahu
hanya menduga-duga itu tidak menyenangkan

aku tahu kamu tahu, tapi kita tak tahu apa nantinya
eeh, atau bisa jadi kamu tahu, dan aku malah yang tak tahu
hm, langit masih biru, kadang kelabu, tapi kadang biru lagi
matahari belum terbit dari barat
jadi semua pasti akan baik-baik saja
apapun itu

Sabtu, 14 Desember 2013

Kisah Laci


Pagi masih merangkai cerita rupanya
Ada hari di mana air tidak lagi membeku
Ada waktu di mana air kembali mengalir
Ada kisah di mana semua seperti dejavu
Tak mau menerka-nerka, apalagi membuat skenario sendiri
Tak mau mengimajinasikan apa-apa
Karena semua ini bukan kita sutradaranya
Adakah pemain bisa memberontak pada naskah yang telah tertulis
Pagi ini mengurai benang yang tak berbentuk
Meski hati jelas-jelas tak tahu bagaimana bentuknya
Meski masih ada jeda untuk berpikir sejenak atas semua yang sudah dilewati
Please..jangan membongkar laci yang sudah terkunci...
Itu sudah tak terpakai lagi
Kapan-kapan isinya mau aku buang saja
Dan ssst...masih ada laci yang kosong...mungkin akan terisi lagi
Entah untuk apa....

Jumat, 13 Desember 2013

Catatan Jelang Perjalanan--Yogja-Solo (part 1) --Jakarta

Memang ini bukan yang pertama kali traveling, sama Mbak Ira apalagi, tapi kenapa saya benar-benar menunggu moment ini. Mungkin karena ini moment yang ke sekian akhirnya saya insya Allah bisa jalan lagi sama Mbak Ira.

Masih ingat Ira Setiwati kan? (perempuan yang sering saya sebut-sebut di blog saya sebelumnya) jilbab, imut, pakai kacamata. Mbak Ira atau sebut saja Ira-chan, terakhir karena dia pernah ke Nagoya. Nah dulu saya sering banget jalan bareng waktu Ira-chan masih di Jakarta, tapi semenjak doi pindah ke Lampung dan dines di sana, ya udah T_T...eeh entah kenapa perjalanan nanti insya Allah akan ada dia lagi menemani saya di Yogya :)

Begini ceritanya, saya, Mbak Trini, Mbak Mala, dan Sri, merencanakan liburan semesteran ini, ke Gunung Lawu (udah tanya sana-sini) akhirnya sip okelah Desember, tapi entahlah memang belum saatnya kali ya, rencana Lawu batal. So, akhirnya saya ingin tetap jalan sendiri ke Yogya-Solo. Tadinya mau menikmati traveling sendirian (enggak juga sendirian sih, kalau beruntung mungkin di sana ada teman yang mau menemani--mengingat di Solo ada Kak Adi-senior saya dan Nita-sepupu saya, sementara di Yogya ada Mila (sobat...soulmate....wwweeeeeeek :p males banget ngomong ini--sok romantis--hehe, yah pokoknya gitulah. Meski enggak yakin juga apakah nanti saya beruntung bisa ngerepotin mereka yang ada di sana ..hehe.

Nah  ternyata, iseng-iseng buat status, ketauanlah sama Lia (temen seperjuangan..hikks T_T) kalau saya mau ke Yogya juga, diinterogasi seputar (kapan ke sana, mau ke mana aja) singkat cerita, Lia juga siap ke Yogya, sip dan tanpa pikir panjang, insya Allah kita ketemu di sana. Lagi, tiba-tiba Mbak Ira sms, isinya gini, " liburan ini mau ke mana?" kata Ira-chan. "Ooh aku mau ke Yogya-Solo dari tanggal sekian sampe sekian, "kataku. 
"Oke, kalau gitu aku juga ikutan," kata Ira-chan.

Siip, jadilah insya Allah, kalau tidak ada halangan saya ketemuan lagi sama Mbak Ira, cerita-cerita lagi, membongkar semua kondisi hati ini, membuang yang pahit-pahit (buang aja di laut selatan-huh) mengurai mimpi kembali. Sama seperti saat kami pernah luangkan waktu di Bogor, di Jakarta, di Bekasi, di  manaaa lagi ya? hahaha pokoknya gitu lagi deh.

Bismillah, semoga Allah menginjinkan semua ini berjalan lancar. Meski bagaimanapun, manusia hanya bisa berencana, dan Allah lah penentunya. Semoga edisi liburan kali ini tidak gagal lagi, model liburan Bromo yang gagal tahun lalu T_T .

So, saya simpel aja mikirnya, traveling ini semoga menyenangkan ^^ Let's play Galz :)

Rabu, 11 Desember 2013

Bukan Hitam-Putih

sekat, senang menyekat-nyekaat
menggunakan parameter sendiri
menilai-nilai sendiri
melihat sesuatu di dalam kotak sendiri

mungkin itulah yang dikatakan keshalehan verbalis
mungkin itu juga yang dikatakan keshalehan vertikal
omong kosong dengan hubungan manusia
jika kenyataannya, kebaikan yang ditawarkan justru menyakitkan dan menyudutkan
lama-lama yang seperti ini menjadi tidak menyenangkan
lama-lama, apa yang dulu disebut ukhuwah akhirnya menjadi terbiaskan
mana kebaikan, mana yang menganggap diri baik
 
vonis-memvonis
senang memvonis
hanya hitam-putih saja
padahal banyak warna
yang masih bisa dilihat keindahannya
 
diam, semakin banyak kata
semakin terlihat siapa-siapanya
ah, ini juga dalam rangka diam
bukan protes
hanya sedikit tak sepakat saja

UPS...seharusnya tak perlu pusing
bukankah itu bagian dari warna juga
sebab DIA yang Maha Menatap
ini hanyalah untaian kalimat kecil dari penduduk di resident muka bumi saja
semoga ini juga bukan terjebak dalam sebuah vonis


 

Minggu, 08 Desember 2013

Saya, Abang ojek, Nasehatnya, dan Perenungan

Ah, sudah lama saya tidak "berkicau" di blog kecuali hanya nulis puisi-puisi amburadul (ups curcol lagi) Hm, kali ini mau bicara tentang kita. Kita? ya kita, kita yang menjadi pembahasan.
 
Kemarin, saya pulang dari sekolah, sore sekali, di tengah kerjaan yang numpuk. Karena sore dan  sudah gelap, terpaksalah saya naik ojek. Perjalanan lumayan jauh, tukang ojek mulai buka suara. Awalnya hanya bertanya mulai kapan saya ngajar di sekolah itu, kenapa saya tertarik untuk menjadi guru, dan bla..bla..bla... Saya menanggapi saja pertanyaan Abang ojek dengan santai. Malah saya bilang, "Saya masih guru jadi-jadian Bang, hehe,"

Awalnya pembicaraan ringan-ringan saja. Lama-lama, tanpa sadar mungkin, kalimat bijak meluncur dari mulut Abang ojek. "Mbak, kadang kita tidak pernah tahu apa yang namanya takdir. Kita kadang menilai orang hanya dari lahirnya saja, dari yang tampak pada luar. Misalnya, Mbak bisa saja kesal sama murid Mbak yang bandel, tapi bisa jadi Mbak, murid Mbak itu suatu saat justru yang akan menolong Mbak."
 
Glek...sampai kalimat ini saya diam, tapi mengangguk-angguk. Abang ojek bicara lagi. Macam-macam pembicaraannya. Intinya masih seputar kita yang sering menilai orang dari luarnya saja. Dia bahkan mengingatkan saya, sebagai perempuan agar berhati-hati melakukan penilaian pada orang lain. Saya diam dan tertawa kecil saja, tapi dalam hati masih berpikir keras apa yang Abang ojek itu katakan.
 
Mungkin benar, benar sekali, kadang kita terpukau pada tampilan fisik, tutur lembut, atau malah bergidik ngeri dengan tampilan sangar, dan tak suka dengan tutur kasar. Ah, manusiawi, bukan begitukah dunia ini? simple, saya tidak mau pusing dengan segala penilaian. Sungguh hanya Allah sebaik-baiknya penilai, dan manusia(mungkin) hanya menduga-duga, yang bisa saja benar, bisa juga salah.
 
Tapi pembicaraan Abang ojek tadi saya rekam kuat-kuat dalam memory saya yang kadang suka lari-larian ini. Kalimatnya membuat saya berpikir. Dan inilah cara Allah memberi pelajaran-pelajaran penting pada hambaNya, pelajaran yang tidak akan kita dapatkan di bangku sekolah, atau di majelis-majelis ilmu lainnya, pelajaran yang bahkan bisa di mana saja dan oleh siapa saja.
 
Bukankah sejatinya, semua di muka bumi adalah pelajaran?
Dan bisa jadi, bukan begitukah kita? (saya khususnya-bisa jadi) senang menilai-nilai seseorang.
 
-Allahualambishowab-

Jumat, 06 Desember 2013

H.U.J.A.N

Hujan
Masih ada sisa harap
Dulu masih begitu
Sekarang sudah begini
Nanti siapa yang tahu

Hujan
Masih ada sisa pinta
Bukankah salah waktu yang dijanjikan tatkala hujan

Kulempar saja ke langit
Melangit
Dan usaha yang rumit



Hujan
Mewarnai awal musim
Kelembapan
Dan hingga turunlah presitipasi itu
Terus menginfiltrasi ke dalam tanah
Ada yang berlarian
Aroma tanah basah
Begitulah kisah hujan hari ini

Sekian

Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...