Rabu, 12 Oktober 2016

Coklat Itu..Hmmmm Personal



Bicara tentang coklat, maka bicara tentang sebuah rasa yang begitu personal.
 Coklat atau Theobroma cacao adalah sebuah hidangan istimewa para dewa, begitu suku Aztek menyebutkan. Ya, karena memang secara geografis persebaran kakao awal mula di sepanjang Hutan Amazone hingga Amerika Tengah. Maka awal mula yang mengkonsumsi minuman pahit ini adalah suku Maya dan Aztec. Begitu personalnya coklat pun menjadi semacam hidangan sebagai simbol ucapan terima kasih, perhatian, dan cinta, kebiasaan mengkonsumsi coklat di Eropa baru terjadi pada awal abad ke 17, juga sebagai hidangan elite para bangsawan dan raja-raja dan merupakan pemberian istimewa yang diperuntukkan kepada yang istimewa.
Well, itu sekelumit sejarah coklat yang saya tangkap dari hasil penelusuran pada mesin cari internet. Apa pasal? Entah karena penasaran, atau memang karena baru saja makan coklat pemberian dari orang yang saya cintai dan mencintai saya. Sebab begitu istimewanya si coklat ini, sepertinya dari sepuluh orang mungkin sekitar delapan orang menyukai coklat yang memiliki rasa pahit hingga bermetamorfosis menjadi manis dan menggemaskan. Dan bahkan menurut survey BBC bahwa lumernya lemak coklat di mulut bisa meningkatkan debar jantung dan aktivitas otak yang lebih kuat. Namun sayangnya saya termasuk dua orang yang bukan penggemar coklat, sebab saya tidak paham dengan rasa lumer dari si kecil berharga fantastis.
Biasa saja, bagi saya yang bukan pecinta fanatik coklat, menikmati coklat sebagai makanan atau minuman yang sama dengan saya meminum perisa yang lain. Tak ada sensasi lain, selain rasa subyektif dari seseorang yang memberikannya. Disebutkan juga bahwa coklat sebagai kandungan yang kaya akan antioksidan, pencegah radikal bebas, dan meningkatkan serotonin dalam otak. Sekali lagi, kecuali fungsi kesehatan dan fungsi psikologis, bagi saya coklat adalah sesuatu yang biasa saja.
Dan yang menjadikannya memiliki rasa personal bagi saya adalah, ketika saya memakan coklat, lalu teringat kembali masa kecil saya, dimana saya penggila coklat. Mulai dari minuman rasa coklat, wafer, biskuit, hingga chiki dengan perisa coklat. Dan coklat batangan berlogo ayam berkokok dengan jengger merah, hingga coklat batangan yang sering mondar-mandir promo di televisi pernah menjadi makanan favorit saya. Hingga akhirnya sesuatu yang berlebihan berefek tidak baik dan meninggalkan sebuah rasa tersendiri yaitu BOSAN. Beranjak dewasa,  sensasi coklat tak ada apa-apanya bagi saya, menikmati coklat bukanlah bagian yang istimewa. Meski tidak istimewa bukan berarti menjadikan saya coklatophobia (bikin istilah sendiri..hehe maaf)
Dan kini saya menggarisbawahi bahwa coklat memberikan rasa yang personal. Antara saya dengan masa kecil, dan saya dengan masa kini, disebabkan suami penggemar coklat. Dia, cinta, coklat dan semuanya yang dia berikan kepada saya menjadikan rasa coklat begitu personal. Lumer..lumernya sama dengan saat saya memandangi wajah anak saya dan wajah suami saya. Bahagianya tak kalah dengan bahagia yang diberikan hormone bahagia coklat. Dan Allah sebaik-baik pencipta di dunia ini, biji yang begitu pahit ternyata begitu istimewa. Maha Besar Allah dengan segala ciptaanNya. Allahualambishowab.
Bagaimana dengan para sahabat…pecinta coklat juga kah … ???
Selamat rehat
Putse, Sragen 11102016, 22.27 WIB



 Saya punya pengalaman tersendiri dengan si coklat yang katanya menjadi favorit sebagian besar penduduk bumi (dan maaf ini bukan data hasil survey, anggaplah pengamatan ngawur saya). Si manis coklat yang jadi primadona, mulai dari makanan, minuman, hingga material kecantikan dan perawatan tubuh bagi kaum metropolis. Dan saya ketika masih kecil hingga usia sekolah dasar adalah penggila coklat. Mulai dari coklat kampong dengan merek hewan berkokok berbungkus kertas warna merah dan sedikit putih, hingga coklat yang sedang  ngetrend di jaman saya kala itu. Coklat yang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...