Senin, 30 Desember 2013

Harusnya...Tapi Tidak.

ini senang atau sedih?
aku tak tahu
harusnya aku marah..tapi tak bisa
harusnya aku sedih..tapi tak mau
tahu kenapa? karena aku tak ingin kau ikut sedih

ini apa? harusnya kemarin tak bilang apa-apa
tapi kalau tak bilang, maka tak pernah tahu
hanya menduga-duga itu tidak menyenangkan

aku tahu kamu tahu, tapi kita tak tahu apa nantinya
eeh, atau bisa jadi kamu tahu, dan aku malah yang tak tahu
hm, langit masih biru, kadang kelabu, tapi kadang biru lagi
matahari belum terbit dari barat
jadi semua pasti akan baik-baik saja
apapun itu

Sabtu, 14 Desember 2013

Kisah Laci


Pagi masih merangkai cerita rupanya
Ada hari di mana air tidak lagi membeku
Ada waktu di mana air kembali mengalir
Ada kisah di mana semua seperti dejavu
Tak mau menerka-nerka, apalagi membuat skenario sendiri
Tak mau mengimajinasikan apa-apa
Karena semua ini bukan kita sutradaranya
Adakah pemain bisa memberontak pada naskah yang telah tertulis
Pagi ini mengurai benang yang tak berbentuk
Meski hati jelas-jelas tak tahu bagaimana bentuknya
Meski masih ada jeda untuk berpikir sejenak atas semua yang sudah dilewati
Please..jangan membongkar laci yang sudah terkunci...
Itu sudah tak terpakai lagi
Kapan-kapan isinya mau aku buang saja
Dan ssst...masih ada laci yang kosong...mungkin akan terisi lagi
Entah untuk apa....

Jumat, 13 Desember 2013

Catatan Jelang Perjalanan--Yogja-Solo (part 1) --Jakarta

Memang ini bukan yang pertama kali traveling, sama Mbak Ira apalagi, tapi kenapa saya benar-benar menunggu moment ini. Mungkin karena ini moment yang ke sekian akhirnya saya insya Allah bisa jalan lagi sama Mbak Ira.

Masih ingat Ira Setiwati kan? (perempuan yang sering saya sebut-sebut di blog saya sebelumnya) jilbab, imut, pakai kacamata. Mbak Ira atau sebut saja Ira-chan, terakhir karena dia pernah ke Nagoya. Nah dulu saya sering banget jalan bareng waktu Ira-chan masih di Jakarta, tapi semenjak doi pindah ke Lampung dan dines di sana, ya udah T_T...eeh entah kenapa perjalanan nanti insya Allah akan ada dia lagi menemani saya di Yogya :)

Begini ceritanya, saya, Mbak Trini, Mbak Mala, dan Sri, merencanakan liburan semesteran ini, ke Gunung Lawu (udah tanya sana-sini) akhirnya sip okelah Desember, tapi entahlah memang belum saatnya kali ya, rencana Lawu batal. So, akhirnya saya ingin tetap jalan sendiri ke Yogya-Solo. Tadinya mau menikmati traveling sendirian (enggak juga sendirian sih, kalau beruntung mungkin di sana ada teman yang mau menemani--mengingat di Solo ada Kak Adi-senior saya dan Nita-sepupu saya, sementara di Yogya ada Mila (sobat...soulmate....wwweeeeeeek :p males banget ngomong ini--sok romantis--hehe, yah pokoknya gitulah. Meski enggak yakin juga apakah nanti saya beruntung bisa ngerepotin mereka yang ada di sana ..hehe.

Nah  ternyata, iseng-iseng buat status, ketauanlah sama Lia (temen seperjuangan..hikks T_T) kalau saya mau ke Yogya juga, diinterogasi seputar (kapan ke sana, mau ke mana aja) singkat cerita, Lia juga siap ke Yogya, sip dan tanpa pikir panjang, insya Allah kita ketemu di sana. Lagi, tiba-tiba Mbak Ira sms, isinya gini, " liburan ini mau ke mana?" kata Ira-chan. "Ooh aku mau ke Yogya-Solo dari tanggal sekian sampe sekian, "kataku. 
"Oke, kalau gitu aku juga ikutan," kata Ira-chan.

Siip, jadilah insya Allah, kalau tidak ada halangan saya ketemuan lagi sama Mbak Ira, cerita-cerita lagi, membongkar semua kondisi hati ini, membuang yang pahit-pahit (buang aja di laut selatan-huh) mengurai mimpi kembali. Sama seperti saat kami pernah luangkan waktu di Bogor, di Jakarta, di Bekasi, di  manaaa lagi ya? hahaha pokoknya gitu lagi deh.

Bismillah, semoga Allah menginjinkan semua ini berjalan lancar. Meski bagaimanapun, manusia hanya bisa berencana, dan Allah lah penentunya. Semoga edisi liburan kali ini tidak gagal lagi, model liburan Bromo yang gagal tahun lalu T_T .

So, saya simpel aja mikirnya, traveling ini semoga menyenangkan ^^ Let's play Galz :)

Rabu, 11 Desember 2013

Bukan Hitam-Putih

sekat, senang menyekat-nyekaat
menggunakan parameter sendiri
menilai-nilai sendiri
melihat sesuatu di dalam kotak sendiri

mungkin itulah yang dikatakan keshalehan verbalis
mungkin itu juga yang dikatakan keshalehan vertikal
omong kosong dengan hubungan manusia
jika kenyataannya, kebaikan yang ditawarkan justru menyakitkan dan menyudutkan
lama-lama yang seperti ini menjadi tidak menyenangkan
lama-lama, apa yang dulu disebut ukhuwah akhirnya menjadi terbiaskan
mana kebaikan, mana yang menganggap diri baik
 
vonis-memvonis
senang memvonis
hanya hitam-putih saja
padahal banyak warna
yang masih bisa dilihat keindahannya
 
diam, semakin banyak kata
semakin terlihat siapa-siapanya
ah, ini juga dalam rangka diam
bukan protes
hanya sedikit tak sepakat saja

UPS...seharusnya tak perlu pusing
bukankah itu bagian dari warna juga
sebab DIA yang Maha Menatap
ini hanyalah untaian kalimat kecil dari penduduk di resident muka bumi saja
semoga ini juga bukan terjebak dalam sebuah vonis


 

Minggu, 08 Desember 2013

Saya, Abang ojek, Nasehatnya, dan Perenungan

Ah, sudah lama saya tidak "berkicau" di blog kecuali hanya nulis puisi-puisi amburadul (ups curcol lagi) Hm, kali ini mau bicara tentang kita. Kita? ya kita, kita yang menjadi pembahasan.
 
Kemarin, saya pulang dari sekolah, sore sekali, di tengah kerjaan yang numpuk. Karena sore dan  sudah gelap, terpaksalah saya naik ojek. Perjalanan lumayan jauh, tukang ojek mulai buka suara. Awalnya hanya bertanya mulai kapan saya ngajar di sekolah itu, kenapa saya tertarik untuk menjadi guru, dan bla..bla..bla... Saya menanggapi saja pertanyaan Abang ojek dengan santai. Malah saya bilang, "Saya masih guru jadi-jadian Bang, hehe,"

Awalnya pembicaraan ringan-ringan saja. Lama-lama, tanpa sadar mungkin, kalimat bijak meluncur dari mulut Abang ojek. "Mbak, kadang kita tidak pernah tahu apa yang namanya takdir. Kita kadang menilai orang hanya dari lahirnya saja, dari yang tampak pada luar. Misalnya, Mbak bisa saja kesal sama murid Mbak yang bandel, tapi bisa jadi Mbak, murid Mbak itu suatu saat justru yang akan menolong Mbak."
 
Glek...sampai kalimat ini saya diam, tapi mengangguk-angguk. Abang ojek bicara lagi. Macam-macam pembicaraannya. Intinya masih seputar kita yang sering menilai orang dari luarnya saja. Dia bahkan mengingatkan saya, sebagai perempuan agar berhati-hati melakukan penilaian pada orang lain. Saya diam dan tertawa kecil saja, tapi dalam hati masih berpikir keras apa yang Abang ojek itu katakan.
 
Mungkin benar, benar sekali, kadang kita terpukau pada tampilan fisik, tutur lembut, atau malah bergidik ngeri dengan tampilan sangar, dan tak suka dengan tutur kasar. Ah, manusiawi, bukan begitukah dunia ini? simple, saya tidak mau pusing dengan segala penilaian. Sungguh hanya Allah sebaik-baiknya penilai, dan manusia(mungkin) hanya menduga-duga, yang bisa saja benar, bisa juga salah.
 
Tapi pembicaraan Abang ojek tadi saya rekam kuat-kuat dalam memory saya yang kadang suka lari-larian ini. Kalimatnya membuat saya berpikir. Dan inilah cara Allah memberi pelajaran-pelajaran penting pada hambaNya, pelajaran yang tidak akan kita dapatkan di bangku sekolah, atau di majelis-majelis ilmu lainnya, pelajaran yang bahkan bisa di mana saja dan oleh siapa saja.
 
Bukankah sejatinya, semua di muka bumi adalah pelajaran?
Dan bisa jadi, bukan begitukah kita? (saya khususnya-bisa jadi) senang menilai-nilai seseorang.
 
-Allahualambishowab-

Jumat, 06 Desember 2013

H.U.J.A.N

Hujan
Masih ada sisa harap
Dulu masih begitu
Sekarang sudah begini
Nanti siapa yang tahu

Hujan
Masih ada sisa pinta
Bukankah salah waktu yang dijanjikan tatkala hujan

Kulempar saja ke langit
Melangit
Dan usaha yang rumit



Hujan
Mewarnai awal musim
Kelembapan
Dan hingga turunlah presitipasi itu
Terus menginfiltrasi ke dalam tanah
Ada yang berlarian
Aroma tanah basah
Begitulah kisah hujan hari ini

Sekian

Rabu, 20 November 2013

Mualaf Itu, Mengingatkan Saya (kembali) Akan KebesaranNya

"Satu lagi, sebuah pengingatan dan tanda cinta Allah, datang tanpa terduga, seorang sahabat lama datang, bukan masalah kedatanganya, tapi dia datang dengan kondisi yang sudah berbeda. Berjilbab, padahal semua teman SMA tahu, dia dulu beragama apa."

Malam ini, saya seperti kehabisan kata. Baru saja ada teman SMA datang ke rumah, sama anak kecil berusia empat tahun. Wajah temanku begitu bercahaya sekali, apalagi dengan jilbab merah marunnya, dan anak yang bersamanya bernama Raihan, anak kandungnya yang sudah berusia empat tahun.

Namanya Novi, dulu semasa SMA, dia Katholik taat. Tiap jumat, saat anak rohis keputrian, dia juga ikut kegiatan agamanya di sekolah. Dia dulu tetangga saya, beda RT sih, cuma karena kami satu sekolah juga, jadi sering bareng. Meski kami teman bareng berangkat, tapi kami tidak pernah berbicara tentang masalah yang cukup sensitif itu, masalah agama.

Ya, dia pun demikian, dia begitu menghormati agama saya, sepertinya saya juga begitu kepadanya. Kami lumayan akrab, ternyata ada benang merah yang mengaitkan kembali antara saya dengan dia. Setelah dia diusir dari rumahnya karena dia pindah agama, dan akhirnya menikah dengan seorang muslim juga, tapi setelah anak pertamanya lahir, dia kembali ke lingkungan di dekat rumah saya, meski tidak tinggal lagi dengan orang tuanya, dan ternyata dia tinggal di sebelah rumah saya!

Maka, tadi dengan sangat tak terduga, dia silaturahim ke rumah. Bercerita banyak hal, tentunya tentang pengalaman spritualnya masuk Islam. Ternyata, karena sering bermimpi, ada seorang alim ulama yang menuntunnya, mulai dari ngaji sampai sholat, dan entah kenapa dia begitu memikirkan mimpi tersebut. Hanya 1 % kejadiannya, dan 99 % cara dia menyikapi dengan elegan. Dia lalu tanya sana-sini, baca terjemahan Alquran, baca semua tentang Islam baik dari buku ataupun internet, dan akhirnya dia menemukan kebenaran.

"Beda banget Put, apa yang ada di Alkitab sama apa yang ada di Alquran. Di Alquran, gue nemuin semua yang belum pernah gue temuin di Alkitab. Mulai dari cara berdagang, aturan kehidupan, aturan beribadah, pernikahan, bahkan sampai kehidupan Nabi Isa yang begitu lengkap, dan masih banyak lagi," itu katanya.

Hingga dia merasa yakin bahwa memang saatnya dia masuk Islam. Saya berasa ditampar. Masya Allah, saya muslim sejak lahir, tapi...ah, sementara dia begitu tenang, begitu khusyuk, terlihat dari air mukanya yang tenang dan pemahamannya yang baik. Apalagi saat dia bilang, "Put, kalau di agama gue yang dulu emang gitu, duniawi itu terasa melimpah, sementara kalau di Islam, ketika kita berdoa, pasti membutuhkan waktu untuk dikabulkan, karena Allah mau menguji hambaNya. Dan pasti akan ada perhitungannya. Kalau Maha Rahmannya Allah untuk semua umat di dunia ini, tapi kalau Maha Rahimnya Allah khusus buat kita yang muslim. Dan gue tetap yakin dengan pertolongan Allah."
 
Duh, Allah menunjukkan kebesarannya kepada saya dengan berbagai cara. Kenapa mata ini sedikit berkaca-kaca ya, sungguh saya malu sama dia, terlebih lagi sama Allah, yang paling tahu bagaimana keadaan hati ini. Semoga saudari saya istiqomah di jalanNya. Dimudahkan urusannya. Dan satu yang tak pernah saya tahu, dua tahun belakangan, sering sekali saya beririsan dengan mualaf-mualaf yang hadir sebagai pengingat. Memberi pelajaran berharga bagi saya.
 
Allah, kuatkan hamba untuk terus menapaki jalanMu, meski terseok.
 
--Allualambishowab--

Karena Kita Berada Pada Frekuensi yang Sama

Karena kita berada di frekuensi yang sama....
 
Sebelum tulisan ini saya pernah mengatakan di tulisan sebelumnya, bahwa takdir kita ada bersama dengan beberapa takdir dari milyaran penduduk di muka bumi ini. Dan inilah takdir saya yang mengantarkan saya kepadanya. Berawal dari novel yang pernah saya tulis, terus Alhamdulillah terbit, dengan setting tempat negeri setenang matahari pagi, heheh kalau dipikir apa yang tenang ya? wong sewaktu-waktu diancam peperangan dengan saudaranya sendiri kok. Nah berawal dari itu semua, tiba-tiba saja, sebuah mention di twitter ada untuk saya.
 
Namanya Yuniasih Purwanti, masih muda, cerdas, energik, belakangan saya tahu kalau dia lulusan Akuntansi UGM, dia bilang, dia sudah baca novel saya, dan bolehlah saya kegeeran kalau saat itu dia bilang suka sama cerita dalam novel itu. Singkat kata kami sering komunikasi, tanpa pernah sekalipun bertemu muka, sebab beberapa bulan kami berkomunikasi, tiba-tiba saja dia sudah terbang lanjut studi pasca sarjana ke Negeri Ginseng di sana. Ooh...subhanallah, ngiri luar biasa, sekaligus kagum...hebat..akhirnya mimpi-mimpi yang dia inginkan tercapai.
 
Cerita pun berlanjut tak cuma sekedar mimpi, cita-cita, tatapan pada langit, tapi juga masalah rasa. Uhuk...dia banyak bercerita mengenai masalah rasanya untuk seseorang, dan dalam hati saya mencoba menyamakan frekuensi yang sebenarnya memang sama. Setahun lebih sudah kami banyak bertukar kisah, ya..masih tentang rasa juga. Kami bahkan bertekad akan mengabadikan rasa yang pernah ada dalam sebuah cerita yang mungkin bisa dijadikan pelajaran berharga dalam kisah. Bukan, bukan untuk mengulik luka, apalagi untuk mengenang sesuatu yang sudah tak patut lagi untuk dikenang, tapi sungguh hanya untuk dijadikan pelajaran dan pengalaman bagi mereka yang pernah mengalami kisah  yang sama seperti kami .
 
Sekarang rasa ini harus berganti dengan rasa berbeda, entah dengan apa dan siapa, bukan soal penting lagi bagi kami, yang terpenting ketika kami kehilangan rasa yang pernah ada, kami begitu bahagia, nothing to lose, lebih tenang, lebih bisa yakin bahwa Allah memiliki lebih dari seribu satu rencana indah, dan lebih yakin bahwa hidup memang harus terus berjalan. Dan belum ending jika belum indah, meski indah dengan ending yang sedikit berbeda dari yang kami kira.
 
Kini, kami masih berbicara tentang rasa, rasa akan mimpi-mimpi yang harus kita gapai, kami sudah berani menatap langit, merasakan sinar matahari pagi begitu hangat, merasakan derai hujan yang indah dan menyegarkan. Masih ada penggalan mimpi yang kami genggam erat-erat, dan suatu hari mimpi-mimpi itu harus menjadi sebuah bongkahan kisah nyata.
 
Sist Yuni, begitu aku menyapanya, dia mengajarkan padaku, bahwa hidup harus terus berjalan, bahwa bahagia terletak pada diri kita sendiri, bahwa mimpi hanya kita sendiri yang bisa mewujudkannya, tentunya dengan merayu-rayu Allah azza wa jalla, yang lain?? tidak perlu dipikirkan, cukup dijadikan sebuah lintasan kisah.
 
--allahulamabishowab--
 
(Lagi kangen sama obrolan dengan Sist Yuni  ^^ )

Sabtu, 16 November 2013

Gila? Ya...Seharusnya Begitulah Mereka ...

Hari ini mau ngomong yang asik-asik aja...

Kemarin di kelas after skul ada sekumpulan anak OSIS yang berlelah-lelah rapat, menyiapkan serangkaian acara yang begitu besar. Saya sempat ngintip, biarlah mereka berkreasi. Itulah mereka, pemuda, dengan jiwanya yang masih begitu bersemangat.

Dulu, sekitar tahun 2004 (lama banget ya) saya ingat senior saya, Mbak Temi namanya, waktu itu beliau ngisi kajian di kampus, temanya tentang...(lupa) pokoknya dalam rangka acara leadership. Beliau bilang, "Kalian gila ya, ngapain malem-malem masih ada di tempat ini, dengerin saya ngomong, padahal pulang nanti kalian enggak akan dikasih uang, dan lebih enak tidur di rumah bukan?" kata Mbak Temi.

Gila? Ah, saya pikir saya enggak gila, saya masih waras, entah setengah waras atau tiga perempat waras, tapi yang jelas masih ada waras-warasnya. Tapi akhirnya Mbak Temi menjelaskan lagi. Ya, kalian gila dalam arti implisit. "Kalau dipikir kalian gila, kalian melakukan sesuatu yang belum ketahuan manfaatnya, mau berletih-letih melakukan serangkaian acara membosankan, dan bla..bla..bla."


Saya saat itu mikir-mikir aja kalimat Mbak Temi, iya maksudnya emang gila dalam arti positif. Dan kemarin saya lihat siswa-siswa yang bersemangat itu, mereka mau mengorbankan waktunya untuk sesuatu yang belum jelas manfaatnya bagi mereka, yang manfaatnya tidak terukur, yang perlu kesadaran tinggi untuk melakukan semuanya. Itulah mereka, dan itulah pemuda seharusnya. Mengoptimalkan energi yang dimiliki, hingga energi itu akan menjadi sebuah siklus yang sangat seimbang...

Siang sabtu tetap semangat ya sob ^^

Cheers :)

Rabu, 13 November 2013

1 % Kejadian, 99 % Penyikapannya


1 % Kejadiannya, 99 % Cara Menyikapinya = 1 % masalah, 99 % Solusi

Yeah, sore-sore sambil nunggu hujan reda gini enaknya ngomong yang enak-enak aja. Ehm, saya masih terngiang sama kalimat bijak seorang saudari yang mengatakan tentang manajeman solusi. Yup, masalah..semua orang pasti kena masalah, sesuatu yang paling tidak disukai oleh orang kebanyakan. Banyak di antara kita ketika tertimpa masalah kita akan teriak..."Duh!" 
Tapi rasakan saja masalah yang menimpa kita, hikmahnya luar biasa. 

Kadang ketika kita tertimpa masalah, pertama yang akan kita hadapi adalah keguncangan, ya..itu pada umumnya manusia, itu juga sikap biasa, tapi yang luar biasa adalah ketika kita mengembalikan semua pada yang memberi masalah.

Sob, kita dikasih akal untuk berpikir dan menimbang-nimbang, serta hati untuk merasa. Terkadang saya juga enggak tahu apa maksud orang kalau ada yang bilang, resapi dan jalani saja. Jalani? What? enak banget ya orang ngomong enggak merasakan apa yang kita rasakan. Tapi seriring perjalanan, dan masalah yang Allah bagi-bagi (hehe bukan cuma rejeki yang dibagi aja, tapi masalah juga) lambat laun saya --sedikit paham--ooh jadi begini ya. Iya resapi saja, resapi bahwa manusia pasti akan mendapat berbagai kendala, masalah, hambatan, tantangan, dan semua yang tidak enak dan yang tak terduga. Tapi semua itu harus kita lewati dengan baik. Tentu saja sulit melewatinya, tapi tidak, jika semua kita kembalikan pada pemilikNya, yang juga memiliki kita. 

Mungkin sebuah jawaban tepat jika kita memilih untuk move-up dari masalah itu, jangan dihindari, tapi diselesaikan dengan baik. Masalah yang hadir jangan lantas membuat kita terpuruk dan lemah hingga berhari-hari, tapi justru harus membuat kita lebih pintar dalam berbagai hal, mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Jadi pertanyaannya bukan kenapa kita mendapat masalah? Tapi bagaimana kita mencari solusi dari tiap masalah.

Nah untuk tulisan ini, saya akan menganalogikan seperti pada saat saya pendakian (ehm, yah meski udah tiga tahun terakhir enggak naik gunung kemana-mana hehehe). Tapi yang saya ingat, saat pendakian adalah saat terberat, lelah, letih, apalagi kalau enggak sampai-sampai puncak plus ketemu sama yang tak kita harapkan, tapi justru itu adalah saat yang nikmat. Apalagi jika saat-saat hadirnya pertolongan Allah. Maka, puncak tak lagi tujuan utama, tapi yang utama adalah bagaimana kita mengatasi kendala agar kita bisa sampai puncak.
 
So, nikmati dengan tiap masalah, dia hadir untuk menguatkan kita, mendewasakan kita, dan tentunya ada nilai tersendiri di hadapan Allah azza wa jalla. 

Semangat sore Sob...untuk yang sedang berpuasa, semangat untuk terus berdoa menjelang buka ya ^^

--wallahu'alambishowab--
 Cheers ^^


Senin, 11 November 2013

Proses Itu Menyehatkan

 1% kejadiannya, 99 % cara kita menyikapinya :) --- Suhita Paramaisuri---
 Dan proses itu menyehatkan.... :)

Apakah bumi ini diciptakan dengan begitu saja tanpa proses?

Pagi ini masih merangkai cerita, ngobrol ringan dulu tentang proses pembentukkan bumi. Yang kita lihat bentukan muka bumi dengan seluruh tenaga yang kita tahu, endogen dan eksogen. Tapi yang mesti kita ingat terus adalah saat awal pembentukkannya bumi mengalami serangkaian bencana alam yang sungguh dahsyat. Tabrakan antar lempeng, hujan meteor, gempa bumi, vulkanisme, dan seluruh kejadian alam lainnya, tapi sungguh itulah yang membuat bumi ini memiliki bentukan semenawan yang kita lihat. 

Mungkin itulah proses kehidupan yang kita alami, ketika mimpi berbentur mimpi yang lain, tumpang tindih antara cita-cita dan realita, kesakitan dalam menebus apa yang harus kita tebus, tapi yakinlah, akan ada hari di mana kita tersenyum dan tertoreh dengan tinta yang tak akan luntur bahwa kita sudah berlelah-lelah menebusnya. Mengetuk pintu langit dengan doa-doa yang melangit, dan usaha yang sedikit rumit.

Hidup memang tidak simple dan mudah untuk dijalani, tapi juga tak sesulit dan serumit yang kita pikirkan, karena masih ada yang Maha Hidup yang kita percaya mengatur semua kehidupan kita, tentunya dengan usaha yang kita lakukan. Bagaimana mungkin kita ingin mulus dan lancar tanpa hambatan, sementara untuk menjadi bentukan muka bumi yang indah saja harus mengalami proses berkali-kali. Saya ingat kata seorang sahabat, 1% adalah kejadiannnya, dan 99% adalah cara kita menyikapinya. So, apapun yang menyulitkan langkah hari ini tidak usah menjadikan kita semakin tak berdaya. 


Tetap semangat Sob...Senin semangat ^^


Kamis, 07 November 2013

Akhir Indah Sebuah Kisah

Usai sudah akhir kisah ini
Inilah ending cerita semua yang setahun lebih aku jalani, tanpa sekalipun bertemu denganmu
Ketika sebuah pesan datang untukku.., sungguh aku bahagia menyelesaikannya
Ya..meski ada sedikit luka, sedikit...hanya sedikit saja, tapi selebihnya aku lega
Aku sudah menyelesaikannya, lembaran indah itu harus kutulis dengan cerita berbeda, bukan lagi cerita yang sama tentangmu...meski cerita tentangmu ini akan tetap aku kerjakan untuk proyek tulisanku...
Boleh ya Mas? Karena sudah setengah jalan, dan aku sudah tahu bagaimana akhir ceritanya...
Hanya sebagai rekaman semata dari kisah berharga yang aku alami...

Apakah aku marah kepadamu? Tentu saja tidak...sungguh tak ada rasa marah kepadamu
Kecewa pun tidak, tergores sedikit mungkin iya ^^ heehhe, tapi tak mengapa, itu manusiawi bukan?
Kelak setelah ini pasti semua akan baik-baik saja

Mas, kamu pria baik sepanjang yang pernah aku temui, meski aku belum melihat langsung
Entah mengapa aku tetap menyangka kamu pria baik, setidaknya selama kamu berinteraksi denganku

Mas, meski kamu pria baik, tetap saja kelak suamiku pasti yang akan jauh lebih baik darimu, atau minimal sama baiknya denganmu... :)
Baik belum tentu tepat, sebab Allah tahu siapa yang tepat dan siapa yang tidak tepat
Siapa yang akan menjadi pasangan, siapa yang hanya akan menjadi teman dan sahabat saja
Semua ini pasti akan dialami oleh sebagian besar anak manusia, untuk mendewasakan, dan memberi pelajaran berharga (ini katamu ^^)

Mas, aku akan baik-baik saja, sungguh aku tetap baik-baik saja, aku hanya akan membiasakan diri sama seperti aku belum mengenalmu
Baru saja, kuhapus akun-akun jejaring social di mana kita sering berkomunikasi
Aku memilih men-deaktivasi akunku saja.
Karena aku hanya ingin menenangkan diri sejenak, tak ingin diganggu oleh perasaanku sendiri, mungkin butuh waktu sebentar saja untuk mengkondisikan hati

Sungguh, tak ada luka yang dalam karena ini, luka ini perlahan akan mengering dan sembuh dengan perlahan...
Ada cinta yang lebih besar di hatiku, cinta yang kau katakan tak akan membuatku terluka
Nyatanya, pagi ini aku tetap beraktivitas seperti biasa. Langit tidak runtuh, bumi pun tidak retak, semua masih baik-baik saja, perasaanku pun baik-baik saja.
Cinta Allah padaku lebih besar, hingga aku harus melalui fase indah seperti ini, fase yang pastinya akan semakin mendewasakanku

Mas, aku yakin semua akan indah pada waktunya untukku
Seseorang yang aku tunggu, aku cari, aku butuhkan, dan aku inginkan pasti akan kutemui, dan tentunya itu bukan kamu :)
Karena takdir rasaku untukmu memang harus cukup sampai di sini

Mas, semoga kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan, butuhkan, dan harapkan
Semoga waktu bersatunya dengan sang bidadari yang dulu pernah kau katakan padaku dapat segera terwujud...
Aku di sini hanya bisa menyelipkan doa yang terbaik untukmu selalu...
Senang mengenalmu dan terima kasih karena kau memberikan aku kesempatan untuk banyak bertukar cerita denganmu..
Kau tahu Mas, ini baru kualami sepanjang hidupku...tapi apapun itu, sungguh ini sebuah pelajaran yang baik untukku...

Semoga di Cilegon, atau di mana kau berada selalu dalam keberkahan dan lindunganNya


---KM3--

Selasa, 29 Oktober 2013

Secuil Perjalanan Air, Memberi Cerminan Pada Perjalanan Manusia

Sejak permukaan bumi mulai terbentuk lebih dari empat milyar tahun yang lalu, air sudah membentuknya kembali dengan mengauskan gunung, menggali jurang, membangun delta. Sementara bentangan alam diciptakan oleh proses tektonik. Pergeseran dalam lithosfer atau lapisan-lapisan luar bumi. 

Air memulai tugasnya, yakni menoreh dan memahat daratan, serta mengukirnya dengan detail yang lebih halus. Sungai dan hujan, gletser dan ombak. Semua ikut ambil bagian dalam proses ini. Dengan bantuan gaya berat, air menyangkut segala jenis remahan, mulai dari zarrah paling renik yang dilepaskan oleh tetesan hujan, sampai bongkahan batu besar yang tercabut oleh banjir. Kadang kala air membuldoser bagian daratan yang besar dengan tiba-tiba dalam longsoran atau banjir lumpur. Dengan akibat yang membinasakan, tetapi lebih sering prosesnya berangsur-angsur dengan ulah air yang tak henti-hentinya menggerogoti bumi. Dengan bergabungnya aliran keci-kecil yang bersatu membentuk anak sungai dan kemudian sungai. Kapan saja air berubah terhadap tanah, dicobanya menggunakan energi dengan laju yang tetap. Maka air tidak menyukai rintangan, dan dilandanya setiap rintangan yang menghambatnya. Andaikan semua ulah air dituruti, pemandangan alam tak akan ada sama sekali, semua sungai akan mengalir dengan laju yang ajeg dalam perjalanan yang tanpa hambatan menuju laut.

(Water -- Luna B Leopold & Kenneth S Davis)

Perjalanan air tadi bisa kita ambil pelajaran dalam tiap kehidupan. Kadang, atau bahkan sering, kita mengalami apa-apa yang kita namakan hambatan dan tantangan, dan kita tidak menyukai itu, namun terkadang tantangan dan hambatan itu hadir untuk menyeimbangkan energi besar yang kita miliki. Andai tak ada tantangan dan hambatan itu, maka energi yang kita miliki dalam tubuh kita tak akan teroptimalkan dengan baik. Hingga saat kita melaju dengan lancar tanpa ada tantangan, maka bisa jadi energi yang terpakai itu malah terpakai untuk hal-hal yang tidak baik. Kita melesat tanpa ada tantangan, maka yang akan datang adalah kesombongan dan bisa jadi kehancuran yang lebih besar lagi. Sebab segala sesuatu di muka bumi ini semuanya telah ada dengan sangat seimbang, hanya kadang kita melihat dengan kacamata manusia yang terlalu kasat saja. 



Tantangan yang kita lalui, seperti tantangan yang air temui, tapi dia terus melaju hingga membentuk sekelilingnya menjadi sedemikian indah. Begitu juga kehidupan kita, bisa jadi singgungan-singgungan kita dengan orang lain, pertemuan kita dengan yang lain, bisa jadi dalam rangka membentuk diri kita lebih kuat, dan tanpa sadar kita pun mempengaruhi kehidupannya, membentuk mereka meski mungkin hanya goresan kecil, hingga pahatan yang luar biasa merubah bentuk. Sebab takdir kita di dunia ini tidak sendirian, takdir kita ada bersama dengan takdir milyaran penduduk di muka bumi, yang beberapa di antara mereka harus bersinggungan takdir dengan kita. Semoga kelak takdir kita dan takdir orang-orang-orang yang bersinggungan dengan kita adalah sebuah takdir baik yang akan bermuara di jannahNya.

Begitu pula dengan air, yang ditakdirkan memahat bentukan muka bumi sedemikian rupa, dan itulah yang disebut keseimbangan. Hingga air melaju dengan indah ke samudra.

Allahualambishowab--

Semangat siang sob ^^

Sabtu, 26 Oktober 2013

Kabarkanlah Yang Terjadi Padamu


Pagi ini aku berpikir lagi tentangmu
Begini, kejadian "di luar kebiasaan" yang terjadi padamu kabarkanlah
Jika itu berita bahagia, kabarkanlah...
Jika ternyata kau sudah memilih kabarkanlah..
Jika ternyata kau sudah menikah, kabarkanlah...
Agar aku tahu..setidaknya agar aku tak mengharap-harapkanmu dalam diam ini
Agar aku bias melaju...tidak-tidak, tenang saja, aku tak akan hancur
Aku pasti baik-baik saja
Bukankah lebih baik aku tahu lebih dulu, daripada terlalu menunggu
Tak mungkin aku katakan ini ke pesan inboxmu secara langsung kan?
Sampai kapan aku menunggu, juga aku tak tahu
Masalahnya jika begitu saja melupakanmu, itu kondisi terberat yang aku harus lakukan
Tapi, jika ternyata memang ada seseorang yang sudah kau pilih, kau miliki...aku bias mundur dengan cepat...
Kau tahu, karena ajaran kita melarang..mencintai seseorang yang sudah dimiliki oleh orang lain!

Mas, itu lebih baik bagiku, daripada aku terus-terusan berpikiran tentangmu
Mas, kabarkanlah padaku, biasa lewat jejaring social, seperti yang biasa kau lakukan kan?
Mas, aku sudah give-up mengharapkanmu...karena hati ini sudah terlalu letih, dan kau tak kunjung mengerti...
Mungkin, sebenarnya kau mengerti, tapi hanya tak mau tahu saja.
Mas, kau tahu, andai dulu kau sudah meng-cut pembicaraan kita dari awal dulu, mungkin aku tak begini..
Tapi kau kan juga mau bicara panjang lebar denganku, ngobrol banyak hal, hingga menyinggung sesuatu yang aku anggap pribadi...
Kau tahu? rasaku semakin dalam padamu...
Tapi sekarang, harusnya aku membuka mata lebar-lebar, membuka hati seluas samudra
Sungguh...andaipun kau memilih yang lain, kabarkanlah
Kabarkanlah...Mas

Semoga kau di Cilegon sana selalu dalam keadaan baik-baik saja.

---KM3----

Jumat, 25 Oktober 2013

Karena Bahagia Terletak di Sini, di Hati ini ^^

"Bahagia itu murah dan bahagia letaknya memang di sini, di hati ini,"
 
Semua ini bermula dari kejadian siang tadi. Seperti biasa, jadwal ngembaliin buku ke perpustakaan Japan Foundation, harusnya sih dua hari yang lalu, karena dua hari yang lalu ada sesuatu hal, makanya telat...huuhuhu... (eh curcol) hehe...
Yang ingin saya bagi malam ini adalah tentang bahagia yang sangat sederhana. Jadi tadi ceritnya pulang dari perpus itu perut kruyuk-kruyuk, maka mampirlah saya ke emperan di depan Ratu Plaza,  tahukan sob, di sana banyak banget pangan seru yang dengan harga yang seru juga. Maklum tanggal tua, uang di kantong udah pas-pasan, somay-lah jadi incaran yang seru. Eh pas saya lagi pesen somay, ada Bapak-Bapak berwajah Asia Timur yang cuma bisa dikit-dikit bahasa Indonesia. Dia juga beli somay, habis itu dia mau bayar kan, nah ya udah dia pakai bahasa tarzan, pas mau bayar, dia buka semua dompetnya biar si abang somay yang ngambil sesuai harga, saya udah senyum-senyum sendiri liat tingkahnya, tapi yang bikin saya enggak bisa nahan tawa justru saat dia udah jalan dan bilang makasih, eh malah balik lagi, dia bilang minta plastik, somaynya nambah buat dia bawa pulang tanpa ngasih uang tambahan lagi. Terus si abang somay langsung bilang "no..no..cukup!" sambil menggoyangkan tangan, kasih kode enggak boleh. Terus si abang somay bilang, "dasar orang ciledug!" hahahaha, saya tambah enggak bisa nahan ketawa lagi.Dan akhirnya abang somay baru bilang kalau itu Bapak asli Jepang.
Sambil makan somay, saya menikmati sore di depan Ratu Plaza, somaynya enak lho, terus diiringi sama nyanyian pengamen jalanan. Andai tadi saya belok, cari makanan cepat saji yang praktis, tentunya tidak akan sebahagia ini. Tidak akan menemukan kejadian lucu dengan abang somay, dan pembelinya yang kocak.
Allah Maha Baik, Allah memberi hiburan kepada saya, di saat rasa di hati saya entah apa bentuknya, hhe (curcol lagi :p) iya, tapi seperti biasa, me time dengan menikmati kemacetan ibukota. Bahagia itu tidak harus berada di destinasi-destinasi yang bagus, hebat. Bahagia juga kita temukan di emperan kota, makan di pinggir jalan, lihat beragam peristiwa yang bisa diambil pelajaran. Iya, bahagia itu adanya di sini, di hati ini. Mau di manapun kita berada.
 
Walllahualambishowab...
 
Tetap semangat Sob ^^--- cheers

Senin, 14 Oktober 2013

Kurban, Keluarga Ibrahim a.s, dan Cinta di atas Cinta

"Kurban, bukan masalah mampu tidak mampu, tapi mau tidak mau!"
 
 
Besok, 10 Dzulhijah hari raya Idul Kurban, terlempar beberapa abad silam, ketika  tiga anak manusia diuji kecintaanNya pada Allah yang Maha Penggenggam jiwa. Dari sebuah mimpi seorang ayah untuk mengorbankan anak tercintanya, anak yang sekian lama didamba kehadirannya, tapi demi membuktikan cintanya pada Sang Khalik, ia rela mengorbankan anak terkasih tersebut.
 
Ada cinta di atas cinta. Tentu saja, siapa yang tidak cinta pada belahan jiwa yang lama didamba kehadirannya, penerus keturunan, pemberi doa-doa dan penghimpun segala kebaikan. Tentu saja, mana ada cinta ayah kepada anak hanya sepanjang penggalan, jika itu ada, maka dunia akan terjadi ketidakseimbangan. Ketika cinta itu diuji, lantas apa yang akan terjadi? Tidak ada jalan lain sebagai seorang hamba Allah yang beriman selain mengutamakan cinta kepada Sang Maha Pecinta. Ketiga manusia tersebut mungkin sudah sangat kita kenal. Ya, merekalah keluarga teladan yang tiada bandingnya. Sang ayah: Nabi Ibrahim a.s, Sang Bunda Hajar, dan sang anak: Nabi Ismail a.s. Mereka sudah membuktikan kecintaan pada Allah SWT, hingga Allah yang Maha Pengasih dan Pemurah memberikan ketentuan terbaiknya, membalas kecintaan dengan cinta yang jauh lebih besar, menggantikan anak manusia dengan seekor kambing. Subhanallah! apa jadinya jika anak manusia itu tidak digantikan dengan yang lain? Allahualambishowab
 
Itu artinya, betapa Allah sudah meringankan langkah anak Adam untuk mengorbankan sesuatu kerena Allah. Hanya dengan hewan kurban yang bisa dibeli, bisa ditabung, bisa dicicil. Apalagi jaman sekarang, jikalah kita memiliki barang semacam gadget, kendaraan yang bisa kita beli dengan kredit, tapi membeli kambing kurban yang harganya sebanding dengan barang-barang yang sudah ada di genggaman kita. Lantas apa yang memberatkan kita untuk membeli hewan kurban? Allahualambishowab, jawabannya bisa bervariaasi, tapi bisa jadi karena memang tidak ada kemauan, bukan karena tidak mampu. Banyak jalan menuju roma, banyak cara untuk memudahkan kita untuk berkurban. Bisa dengan menabung. Rasanya kurang adil jika mmbeli kendaraan saja kita bisa mencicil, sementara untuk membeli kendaraan di akhirat, kendaraan hakiki kita kelak saja sulit. Bukankah itu salah satu cara terkecil kita untuk membuktikan cinta kepada yang Maha Pecinta?
 
Semoga pengorbanan kita diterima dihadapanNya, dan menjadi salah satu amalan yang memudahkan kita melangkah ke jannahNya.
 
 
Allahualambishowab

Minggu, 13 Oktober 2013

Indonesia Bukan Negara Ketiga (Haru dan Bangga untuk Timnas U-19)

Evan Dimas dkk, untuk malam ini silakan mimpi indah, tapi selanjutnya...perjuangan masih panjang.
Subhanallah! luar biasa perjuangan Timnas U-19, luaar biasa. Meski hujan begitu deras, dan lapangan becek, tapi tak menyurutkan langkah Garuda Muda untuk menjadi pemenang dengan manis mengalahkan lawan sekelas Korea. Jelaslah kini, Indonesia bukan lagi negara ketiga!
Jadi mau sedikit berbagi cerita tengah malam nih Sob, ceritanya seumur-umur baru kali ini saya liat pertandingan secara langsung di GBK, suer deh, baru kali ini ngerasain histerianya GBK, dan alhamdulillah, eeeh baru aja liat, Timnas muda malah menang, wiih bikin merinding. Sebenernya mau makasih juga sama Mbak Trini dan Mbak Mala, dengan acara dadakan ini, hehe, kemarin tiba-tiba aja, Mbak Trini bilang, "mau lihat bola enggak Put di GBK?" saya langsung aja bilang, "Pengen sih, niatnya tapi cuma mau hunting poto-potonya aja, kali aja dapet moment bagus yang kejepret, maklum amatiran heheh." Tapi yang pasti bukan karena lawannya Korea ya, serius bukan, bukan karena saya sempat ngefans sama negara itu, hehe, apalagi enggak ada hubungannya sama persebakbolaan Korea, heh, tapi beneran pengen cari sesuatu yang "new" aja. Dan akhirnya saya ikutan, meski enggak kebagian tebengan, alhasil naik transjakarta sendirian, well no problemo. Akhirnya, seperti biasalah kepedean sendiri, masuk aja ke GBK sendirian, belum ketemu Mbak Trini dan Mbak Mala, setelah thawaf nyariin mushola dan alhamdulillah dapet, akhirnya ketemulah sama mereka berdua. Aah...kok jadi curhat?? baiklah saya lanjutkan. Lalu dengan rileks kami duduk di tribun atas (maklum tiket yang harga lima puluh ribu...hehehe) --ups boong sih, enggak rileks-rileks banget, cuma dirileks-in aja, ya iyalah suara macem-macem sudah mengiringi jalannya pertandingan.
Saya enggak begitu paham sepakbola, selama ini kalau liat Timnas, bawaannya gregetan terus, dan jujur aja di awal-awal pertandingan yang saya tangkap Timnas kali ini mainnya beda. Mereka lebih agresif, padahal --lagi-lagi, lawan sekelas Korea! Awalnya sih enggak berharap banyak, apalagi saat skor 1 sama, cihuy aja, udah sebuah prestasi kalau Indonesia bisa seri lawan Korea! Tapi apa terjadi? makin lama, makin panas (padahal kan hujan, harusnya dingin dong..hehe) yup, makin lama permainan Garuda Muda, makin ciamik, saya sih nikmatin aja sambil jeprat-jepret, dan yang tak disangka, Timnas muda ini berhasil menyarangkan lagi ke gol lawan, jadi posisi 2-1. Pertandingan makin membabi buta, keren banget cara main Garuda Muda (kerennya apa saya enggak bisa jelasin, bukan pengamat sepakbola soalnya) Tapi kerennya lagi Indonesia berhasil menyarangkan gol sekali lagi, dan posisi jadi 1-3. Nah disitu saya sudah yakin deh Insya Allah Indonesia menang. Apalagi sempat "dianaktirikan" sama wasit, makanya dari tribun atas tadi jelas banget teriakan-teriakan penghinaan intelektual buat wasit (hah inilah kompensasi nonton langsung) Tapi makasih banyak buat wasit yang sudah "menganaktirikan", ternyata mental Evan Dimas dkk udah TOP banget lah, mereka terus berjibaku dengan lawan, sampe ada yang cedera dan ditandu, sampai Ravi juga dibuat jatuh bangun, tapi terus pantang menyerah. Jujur saya merinding liatnya, ini baru pertandingan sepak bola! dan ini baru permainan Indonesia!Hingga akhirnya pertandingan berakhir pada skor 3-2..yeeeee Indonesia menang. Indonesia..dung..dung..dung!!!
Saat-saat kemenangan banyak moment yang bikin saya haru, apalagi sama sujud syukur masalnya. Tim Garuda Muda benar-benar membanggakan. Puas banget saya liat pertandingan yang very well, oh bukan...maksudnya yang wowwwww amazing! Bener-bener Super Tim yang kece badai U-!9 itu. Kekompakan yang ok deh dan permainan yang woke. 
Tapi satu hal, perjuangan demi perjuangan masih panjang, padat merayap, banyak harapan dari rakyat Indonesia di bahu mereka. Selamat ya Timnas U-19, semoga sujud syukur selalu ada dalam tiap selebrasi-selebrasi selanjutnya.
Cheers ^^
Berikut imaji yang bisa saya jepret dari ketinggian tribun paling atas, maaf kalau enggak enak dilihat, maklum amatiran hehe :)
 
 





Senin, 07 Oktober 2013

Patah Hati?? Aaah....Ditambal Ajah Lagi ^^

"Hey kenapa Jono (bukan nama sebenarnya) kalau liat Saras (bukan nama sebenarnya) sukanya bilang, peka dikit Ras!" 

Nyanyian itu yang pertama kali saya dengar saat masuk kelas XII IPS. Siang-siang pendalaman materi, ulah komunitas abu-abu kan aneh-aneh. Ada yang tiduran, ada yang galau enggak jelas, ada yang ribut ngeledekin temannya, huft gitu deh. Tapi, itulah serunya interaksi siang sama komunitas abu-abu. Dan tahukah sobat, kalau ternyata di antara mereka ada yang lagi patah hati!

What patah hati? Iya, ada celetukan dari mereka kalau nama cowok yang saya sebut di kalimat pembuka tadi tuh lagi patah hati. Ya ampyuuun hari gini patah hati? saya nanti bisa-bisa patah tulang gara-gara ngeliatin tingkah mereka yang suka aneh (apa banget :p) hehe. Iya, alhasil di menit-menit pertama pendalaman materi tadi sedikit kurang lancar, pasalnya si galau-ers tadi sibuk diledekin sana-sini. Kasian juga sih liat tampang lelahnya, tapi....duuh...ini kan masalah hati ya? Mau gimana lagi? tapi kalau akhirnya masalah hati itu bikin konsentrasi belajar jadi terganggu? waddoooww itu jadi masalah besar buat saya yang udah dititipin sama ibunya anak-anak di sekolahan ini.

Akhirnya tadi untuk sedikit menenangkan salah satu dari mereka, saya ajakin becanda aja dengan ikutan ngeledekin heheh. Saya bilang,"kalian mau beribu-ribu kali patah hati juga tenang aja, langit akan tetap biru!" eeh terus ada yang nyautin, "tapi sakiiit bu!" sambil bergaya rada lebay gitu, heheh. Saya sahutin aja lagi, 'Halah sakit juga paling cuman bentar, entar paling sembuh lagi. Eh, yang namanya penduduk bumi, selagi masih punya hati dan masih normal, pasti deh ngalamin patah hati, meski belum pernah jadian!"



Dan jawaban saya langsung disepakati sama siswa yang lain, pada riuh-rendah.."setuju-setuju.." Nah, saya juga enggak tahu pasti deh, kadang ngomong emang gampang ya, padahal kalau ngejalanin? Ehm, ah entahlah. Tapi beneran deh satu hal, ini untuk kalian yang sedang diabaikan, yang sedang tidak dianggap oleh orang yang kalian anggap spesial. Ini untuk kalian yang merasa kepentok sama seseorang, yang bahkan rasa yang kalian miliki masih tetap bulat untuk orang tersebut, tapi orang itu tak kunjung peka, malah pelan-pelan menghindar, yakin saja bahwa apapun yang terjadi "SHOW MUST GO ON!" hidup harus tetap berjalan Sob! jangan merasa hatinya tersakiti, yakin aja sama Allah pembolak-balik hati. Pasti sulit kita melalui hari di saat ada dseseorang yang kita anggap spesial lantas orang tersebut mengabaikan kita, pasti berat kan? iya, tapi yakin aja deh, segalanya akan baik-baik saja. 

Menjaga hati agar hati kita tak patah memang sulit, tapi setidaknya itu jauh lebih baik daripada mengobatinya. Tapi, kalau udah terlanjur kejadian, ya tinggal bagaimana kita menatanya lagi. Saya sering dengar kata mereka, kata orang-orang di sana, pasti akan cahaya setelah lorong gelap, pasti akan ada sinar mentari pagi, setelah ada gelap malam, pasti akan ada pelangi setelah hujan lebat, pasti akan ada kesejukan setelah hujan yang teramat lebat. Bukankah hidup ini seperti roda? meski rasanya sulit mengeja rasa yang kadang kita tak pernah tahu, rasanya sulit untuk menuangkan perkata pada lembar demi lembarnya tentang bagaimana bentuk hati kita kala sakit itu, tapi yakinlah hanya bergantung dan percaya pada Allah, yakin bahwa semua akan baik-baik saja.

Jelas, apapun yang kita rasakan di muka bumi ini adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang pastinya sangat tidak enak dan begitu memberatkan. So, kalau patah hati, gampang aja disambung aja lagi! disambungnya gimana? disambung aja denganterus mengingat kebesaran dan cintaNya---> Allah Azza wa Jalla

Semangat sore sob! Cheers ;)

Allahualambishowab

Selasa, 01 Oktober 2013

Aku, Tulisan Perjalanan, dan Agustinus Wibowo ^^

Suka baca buku travel? petualangan? catatan perjalanan? Ah, saya suka sekali. Awalnya sih kepaksa, gara-gara saya belajar Geografi, mau enggak mau harus punya banyak referensi tentang suatu wilayah. Bosen ya kalau baca buku teks, nah jadi lebih seneng deh baca catatan perjalanan dari orang-orang yang singgah di suatu tempat. Biar hemat, biasanya saya beli majalah traveler, itu kan udah dirangkum tuh perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, juga dengan harga yang relatif murah. 

Tahun 2011, ada seri buku perjalanan yang menarik. Taraaaaaaa.....penulisnya Agustinus Wibowo, pria keturunan tionghoa kelahiran Lumajang. Doi yang tadinya kutu buku dan enggak suka  kena matahari (liat aja kulitnya kinclong gitu heheh) eeeh...karena sebuah alasan yang besar, doi malah melanglang buana ke tanah leluhur. Kalau saya enggak salah, doi menyelesaikan S2nya di Beijing. Terus melanglanglah-Agus Weng- ke Asia Tengah. Padahal kalau lihat tampangnya...waduuuh jauuuh dari kesan petualang yang saya bayangkan. Postur tubuhnya sedang, mata sipit, kulitnya putih-kinclonglah (mungkin jadi rada gelap karena ke sana-ke mari kena debu..hehe), tutur katanya halus, ya kalau saya lihat sih cara ngomongnya kayak malu-malu gitu deh, ehehhe. Tapi omo-omo...doi petualang di tempat-tempat konflik! Asia Tengah, Afganistan, Kashmir, Nepal,Tibet, dan negara-negara yang jujur bikin saya iri, dan saya sih enggak jamin apa bakalan berani menginjakkan kaki di Afganistan dan semua negara-negara yang berakhiran "stan". Padahal, kalau kita lihat catatan perjalanannya saya jadi mupeng ke sana. Emang sih deg-degan, tapi ternyata emang itu yang dicari Koko Agus Weng, "deg-degan" gokil ya doi, bertaruh nyawa untuk kepuasan perjalanan, entah apa yang diperjuangkan.

Pelajaran Kehidupan.
Saya sering kagum sama orang yang udah pernah ke mana-mana, yang enggak cuma di satu tempat aja, pasti mindset mereka lebih terbuka, tentang suatu hal. Tahun 2004, saat saya ke Maninjau, ketemu sama orang Aceh yang tinggal di sana, dia cerita banyak hal tentang "betapa sulitnya" adaptasi di tempat baru, dan dia baik banget sama saya, dia bilang, sebagai sama-sama perantau kita harus saling menolong" aaaaiiiih co cweeet ^^. Beneran deh, saat kita melangkahkan kaki ke suatu tempat, banyak pelajaran yang kita dapat, jangan cuma kantor-ruman, sekolah-rumah, tapi coba pergi ke suatu tempat, betapa banyak hal yang bisa kita dapat. Dan saya mengerti sekali kenapa Agus Weng rela banget jauh-jauh jalan cari "deg-degan" di negara-negara itu, dan saya juga tahu kenapa Duo Ransel juga selalu melakukan petualangan dari satu tempat ke tempat yang lain.

Beda budaya emang bikin kita tergagap-gagap, tapi ujungnya asik, seru, dan jadi sedih saat kita mau balik lagi. Saya memang belum pernah menetap agak lama di suatu daerah. Perjalanan yang saya lakukan enggak pernah lama, paling cuma beberapa hari, tapi, meski sebentar tapi saya usahakan rekam dengan baik, terutama hikmah dari tiap jengkal kaki yang saja jejakkan. Pastinya ada kearifan lokal di sana. Kearifan lokal yang unik, meski kadang kita sedikit mengerutkan kening, memicingkan mata, dan kadang kurang bisa saya terima mentah-mentah, tapi balik lagi, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. 

Makanya saya tidak heran, betapa Koko Agus Weng dengan semangatnya meninggalkan S2 jurusan komputer dan memutuskan fokus jadi traveler dan jurnalis, karena segudang hikmah yang dia dapatkan di sana. Saya kayaknya rada mirip deh sama Koko Agus Weng (hehehe mirip-miripin ajah) Iya rada mirip, dia itu dulunya penakut. Katanya jalan ke Jakarta-Surabaya aja takut, nah saya banget tuh, dulu waktu masih sekolah parno banget, mau naik Gunung Salak aja parno (baca: takut) beneeeer. Udah kepikiran ntar gimana, nanti gimana. Tapi setelah dijalanin? Alhamdulillah biasa ajah :). 

Sebenernya emang kita enggak perlu takut, di manapun tanah yang kita pijak, di sana juga bumi Allah. Allah ada di mana saja, lantas kenapa mesti takut? Yah, dalam Alquran pun kita diminta melakukan perjalanan, maka akan banyak pelajaran, bahwa satu sisi yang tak bisa kita tampik, betapa banyak kemusyikan di muka bumi ini. 

Aduh saya enggak tahu deh postingan ini maksudnya mau ngulas betapa menyenangkannya perjalanan atau mengulas tentang Agustinus Wibowo yah? heheh whatever deh, tapi jujur banget, saya ngefans (enggak pake banget) sama Koko Agus Weng..hihi (semoga istrinya enggak marah, hihihi--yaah kan cuma ngefans sama tulisannya yah samalah kayak saya ngefans sama Kang Abik dan Mbak Asma Nadia ^^ ) oh ya alasan kedua kenapa saya suka banget sama tulisan Agus Weng, foto-foto hasil jepretan doi keereeeeen (pakai banget) ya ampun, sumpah itu bikin saya ngiri dan bikin imajinasi ini udah berasa ada di sana. Nepal, Tibet, Mongolia, Uzbekistan, Kazakstan, semoga bisa ke sana. Afganistan, Kashmir, India, hehe, enggak masuk dalam list impian saya, belum seberani Koko Agus Weng kalau menginjakkan kaki di Afganistan. 

Ok..cukup postingan siang ini.. Siang Semangat ^^



-Allahualambishowab-

Move On?? Yes or No??

Pagiiiiii sobat..

Alhamdulillah pagi ini saya sudah kembali sehat, lumayanlah bed rest dua harii...ssst..jangan tanya saya kenapa ya? pokoknya ya gitu deh (ga jelas.com #minta ditimpuk sendal) Nah gini nih, pagi ini saya mau bahas Move On!..haiyyaah move on..iya sobat muda pasti sering denger dong kata-kata yang lagi nge-hits ini. Kenapa saya bahas Move On? ini sambungan dari "Catatan Jomblo Enggak Pake Galau". Dan saya nulis ini karena ikut prihatin sama remaja belakangan ini, ehm..habis banyak sih yang curhat kalau susah move on  (siapa lagi kalau bukan komunitas abu-abu putih hihih) dan ssst..jangan tanya-tanya ya apakah ini hasil dari pengalaman pribadi atau bukan. ...rahasia! hehe, yang pasti ini hasil survey yang tak berpakem :)

Ehm, kalau secara bahasa sih Move On itu artinya bergerak kan? pindah tempat, melangkah, cuma ini kata-kata jadi nge-hits karena konotasinya selalu disangkutin sama masalah hati..ciiiieeeeh (gubraks) Iya, Move On ini selalu aja dikaitkan dengan masalah perasaan. 

Perasaan itu rumit kan? Nah jadi kasarnya gini deh, si X suka sama si Y, terus enggak berbalas, ya udah Move On aja, atau sebaliknya, dan bla..bla..bla..ah rumit deh, enggak sesederhana ini sih.

Nah akhirnya munculah istilah Move On. Iya, Move On ajah, anggep ajah enggak pernah kenal sama orang itu, toh sebelum ada dia semua baik-baik saja bukan? lalu dia hadir dan terus kita kelimpungan enggak jelas, sumpah enggak enak, menyakiti diri sendiri, atau memang kita menikmati rasa yang menyakitkan itu? Atau ya biasa aja, kenal aja, anggape dia sebagai teman, mungkin kali ini berat bagi kita, tapi suatu hari kita bisa akan baik-baik saja sama dia kok. Kita harus bisa menempatkan seseorang dengan porsinya. Jangan dipaksa kalau enggak mau jadi yang spesial di hati kita, terus kita marahan sama dia, nge-cap dia PHP (pemberi harapan palsu) hehehe, enggaklah, dia kan juga enggak mau berbuat yang aneh-aneh, mungkin hanya terbawa perasaan atau keadaan saja yang membuat dia begitu. Makanya, kita aja yang ngertiin dia, Yakin deh, akan ada hari dimana kita akan menertawakan hari yang kita angggap berat ini. Semua kan berputar, saat ini berat, nanti bisa juga jadi ringan. Ya kan? So simpel ajah, emang sih enggak simpel dan enggak semudah membalikkan telapak tangan, tapi mungkin ini ada sedikit tips biar bisa Move On!



  1. Kembalikan semua pada Allah. Gimana caranya? Ngadu aja sama Allah...ya Allah hamba lagi sedih..bla..bla..bla...gitu. Nah kadang, kita sering lancar curhat sama teman, sama siapa aja deh, tapi suka kehilangan kata-kata saat ngadu sama Allah, apalagi sehabis sholat. Duuh boro-boro ngadu sama Allah, wong habis sholat aja langsung capcus, buka hp, buka tablet, buka laptop, yang dipantengin semua tentang dia, so gimana mau Move On? Kenapa sih kita sering enggak bisa komunikasi sama Allah, padahal Allah yang menciptakan kita, Allah bahkan yang tahu kita lebih dari apapun, harusnya kita juga banyak komunikasi sama Allah. Menikmati doa-doa kita, tenggelam dalam obrolan mesra kita denganNya, sampai nangis juga enggak apa-apa, enggak ada yang liat, enggak ada yang larang, juga Allah enggak akan bosen dengerin curhatan kita yang itu-itu lagi. Ya boleh sih curhat sama temen, enggak ada larangan juga, tapi tetap curhat sama Allah yang utama. Biasanya pertolongan pertama yang akan kita rasakan adalah ketenangan, selanjutnya?? silakan rasakan keajaiban doa-doa kita.
  2. Salurkan ke hobby. Nah biar bisa Move On, salurkan aja ke hobby kita, misalnya yang hobby baca, ya udah larutkan aja ke baca buku, tapi sebaiknya jangan buku romans ya, entar inget lagiii..heheh, baca buku detektif aja, horror juga boleh, atau komik lucu-lucu (donal bebek, micky mouse, atau apapun lah..Miko juga boleeh), Terus yang hobby olahraga ayooo tempa diri siapa tahu bisa jadi atlet olimpiade, nah hebat kan? ini hasil dari patah hati..patah hati yang berhikmah..horeee jadi atlet :D, Nah yang suka nulis, ayooo tenggelamkan diri ke tulisan, nulis tentang dia? boleh aja sih, enggak ada larangan, cuma yaaa siap-siap aja ingeet lagi. Tapi enggak apa-apa juga, ada hikmahnya, jadi pengalamannya bisa dibagi-bagi, terus kita jadi produktif lagi, eeh siapa tahu dapet royalti yang bisa naik haji..horeee berkah patah hati dan Move On.
  3. Me Time. Nikmati waktu yang Allah beri, misalnya jalan-jalan ke suatu tempat sendirian. Traveling seorang diri. Traveling itu enggak selalu mahal sob, bisa aja keliling kota naik TransJakarta, tapi jangan bengong, jangan melamun mikirin doi, entar enggak bisa Move On, tapi coba deh liat ke sekeliling, menyenangkan sekali lho...kadang kita akan menemukan banyak fenomena bahwa hidup kita itu jauh lebih baik dari mereka yang kita lihat. Coba lihat gelandangan, lihat pengemis, lihat pengamen, lihat orang kantor yang selalu sibuk, lihat seorang ayah dengan bebannya mencari nafkah untuk anak-anaknya, lihat seorang ibu yang harus ikutan banting tulang, lihat itu semua..lihat dan resapi, bahwa masalah yang kita rasakan itu enggak ada seujung kuku dengan masalah yang mereka hadapi. Kita mah cuma korban patah hati dan semua orang penduduk dunia yang punya hati pasti pernah patah hati...so kita bisa jadi Move On.
  4. Kata siapa kalau mau Move On harus punya cowok/cewek baru? sumpah itu bukan cara yang baik, yang ada malah akan memperkeruh suasana. Tentu saja keledai tidak akan jatuh ke lubang yang sama kan? Kalau kita nyari-nyari cowok/cewek baru biar kita bisa Move On, saya sangat tidak setuju. Lain halnya, jika cowok/cewek baru itu hadir memang untuk diseriusin, maksudnya nikah gitu, yang lebih serius, bukan yang sekedar main-main. Itu baru Move On.
  5. Nah..sobat bisa aja isi hari-hari dengan aktivitas yang lebih berguna, belajar dan berprestasi, bekerja, kumpul sama teman-teman, makan-makan, benerin genteng bocor, benerin talang air yang rusak, ngepel, benerin tipi dan radio rusak..dan bla..bla... 
Nah mungkin segitu dulu tips buat Move On, yang pasti enggak usah dipikirin yang udah berlalu, yang mengabaikan kita, dll. Yakin aja, pasti akan pelangi setelah terjadi hujan lebat, akan ada cahaya setelah malam gelap, jadi pasti akan ada titik terang setelah semuanya terasa gelap. Dan jangan pernah merasa sakit atau tersakiti deh, nikmati aja pengalaman hidup. Ya ampyuuun yang namanya patah hati itu biasa, saya ulangi ya, Yang namanya manusia di muka bumi asalkan dia memiliki hati pasti pernah ngalamin patah hati, cuma tinggal gimana menatanya kembali. Semua akan baik-baik saja. Percaya dan yakin akan semua ketentuan Allah. Allah enggak akan pernah mempersulit hamba-hambaNya. Cheers.. ;)

Sabtu, 28 September 2013

Gaza, Math, dan Jeni


Di koridor lantai dua saat jam istirahat. Di depan kelas Gaza masih merenung, menghadap ke arah sekumpulan anak kelas satu di lapangan. Pandangannya nanar. 


Di lapangan, anak kelas X bermain basket, ada juga yang voli. Namun pikiran Gaza melayang, ia memikirkan sesuatu. 


Betapa cepatnya waktu. Sekarang ia sudah duduk di kelas tiga, beberapa bulan lagi ujian. Sebelum meninggal, almarhum Papa selalu berpesan agar Gaza belajar dengan baik. 


Sekarang Papa sudah tiada. Tetapi permintaan Papa agar Gaza bisa masuk universitas negeri. Itu harga mati. 


Gaza mendesah, gundah. Tadi dia dipanggil oleh Bu Ivy, guru BP. Bu Ivy bilang, Gaza sudah pasti tak bisa ikut seleksi ujian masuk perguruan negeri lewat jalur undangan. Sebab, meski sekarang nilainya meningkat secara drastis, tapi nilai saat ia kelas X dan Xl tidak mencukupi.


Gaza hanya bisa pasrah mendengar itu. Masih mungkin Gaza bisa masuk perguruan tinggi, tapi tidak lewat jalur undangan. Itu berarti dia akan mengikuti tes seleksi masuk perguruan tinggi negeri secara pribadi. Pasti sulit, sangat sulit. Jelas sulit, karena salah satu materi yang diujikan adalah matematika. Gaza tiarap untuk pelajaran itu. 


Kata Pak Tumpak, guru matematikanya, dia bukannya tidak bisa, tapi tidak minat. Di dunia ini tidak ada yang tidak bisa, semua bisa. Hanya mau atau tidak mau. Gaza salah satu anak yang tidak mau mempelajari matematika. 


Menurutnya matematika sangat tidak berfaedah. Tapi kini anggapannya salah. Nyatanya matematika menjadi salah satu materi yang diujikan untuk seleksi masuk perguruan tinggi negeri. 


Ia menyesal sudah menyia-nyiakan waktu dua tahun. Gaza dulu si anak berandal. Tawuran bak preman jadi gaya keseharian. Padahal orang tuanya tak kurang menasihatinya. Gaza bebal, setelah kepergian Papa, Gaza baru menyesal. Menyesali semuanya. Sekarang ia merangkak dari nol lagi. Terlebih wasiat Papa, Gaza mesti sukses, menjaga adik dan Mama. 


###


"Sst..itu Kak Gaza, sumpah keren!" bisik Caca, siswa kelas 1B pada Jeni.


Jeni belum merespons bisikan Caca, tapi dia menatap Gaza dari kejauhan. Iya, dia tahu itu Gaza, siswa kelas 3, mantan preman yang sekarang insyaf. Sebenarnya, sebelum masuk sekolah ini Jeni sudah pernah bertemu Gaza, saat Gaza sedang "mempersiapkan aksinya." 


Saat itu Gaza lagi nongkrong di pinggir jalan, dan Jeni melintas di depannya, tapi seketika Gaza menghalangi, dengan gayanya yang cuek dan cool Gaza mengatakan agar Jeni jangan dulu lewat daerah sini, sebab beberapa detik lagi akan terjadi peperangan. Jeni teringat lagi kejadian setahun kemarin.


"Eh, lu anak SMP Bayangkari ya? cepet hindari daerah ini kalau lu mau selamat, gue enggak jamin keadaan aman!"


Jeni memicingkan mata, "Suka-suka gue dong, gue mau lewat mana, ini kan jalan umum. Lagian ya, orang kayak kalian tuh yang harusnya minggir!" sentak Jeni.


"Yah ni bocah! Sayang lu cewek! Kalau enggak, udah gue....!"


"Udah apa? Lu mau ngapain gue, hah?" Jeni makin nyolot, membelalakkan mata indahnya. 


"Males gue urusan sama cewek, terserah lu deh! Gue udah ingetin!" ucap Gaza malas, sambil ngeloyor pergi meninggalkan perempuan berseragam putih biru yang keras kepala.


Tepukan tangan Caca di pundak Jeni seketika mengembalikan kesadarannya. Jeni melamun, mengingat pertemuannya dengan pria tampan, tapi preman. Gayanya urakan, tapi diam-diam Jeni mengagumi. 


"Jen....ssst Jen, lu jangan bengong, yuk kita main basket lagi, eeh lu mikirin siapa sih?" kata Caca tiba-tiba.


Jeni mengerjap, tersenyum pada Caca yang merobek lamunannya, menggeleng. Lalu perlahan kembali mendongak ke atas, tepatnya ke tempat Gaza berdiri. Dan pria yang sedang dipikirkannya sudah tidak ada. Entah sejak kapan hilangnya. 


"Abis ngeliatin Kak Gaza, yaaa. Ayo ngaku!" Caca menggoda setelah sadar dengan apa yang diperhatikan Jeni tadi. 


Jeni menggeleng cepat, mata indahnya membundar. 


"Ish, enggaklah. Masa gue suka sama cowok preman kayak dia!"


Caca tersenyum lebar melihat ekspresi Jeni yang serba salah. Ia tahu sekali, Jeni memendam rasa pada Gaza, tapi Jeni terlalu gengsi mengatakannya. 


Jeni lalu menarik tangan Caca meninggalkan lapangan menuju kantin. Sesampainya di kantin mata Jeni membelalak lagi. Gaza dengan malas sedang memakan siomai. Jantung Jeni berdegup tak karuan jika berada di dekat Gaza. 


"Ca, balik, yuk." Jeni menarik tangan Caca untuk mengurungkan niatnya ke kantin.


Tapi Caca cepat tanggap. Jeni berbuat begitu pasti karena pria bermata sipit yang tengah makan somay di seberang mereka. Caca malah membisikkan sesuatu pada Jeni, kontan Jeni menggeleng. Tapi Caca menarik tangan Jeni. 


"Kalau enggak sekarang, kapan,dong! Ayo ah, ntar nyesel keburu Kak Gaza lulus, lho!"


Dengan langkah berat dan wajah memerah bak kepiting rebus, Jeni menuruti Caca. 


Dengan santainya Caca menghampiri Gaza, ia duduk di depan Gaza, sementara Jeni berdiri mematung. 


"Halo Kak Gaza, boleh kenalan?" sapa Caca sok akrab. 


Gaza memandang gadis berambut kriting di depanya, sekilas, lalu kembali melanjutkan makan. Wajahnya acuh tak acuh dengan kedatangan Caca. Caca tampak tenang. 


"Kenalin, nama gue Caca, kelas XB, temen di sebelah gue namanya Jeni." Caca menoleh ke arah Jeni yang tampak grogi. Gaza bergeming, hanya menoleh sekilas ke arah mereka. 


Dengan senyum semringah, Caca menyodorkan tangannya, tapi Gaza tidak menyambutnya. Gaza malah membuang wajahnya. Ia paling tidak suka berurusan dengan cewek genit seperti mereka. Terlebih cewek yang berdiri di depannya, ia ingat. Anak ini dari kelas XB, dulu pernah membentaknya saat ia ingatkan untuk minggir. Cih, cewek judes dan galak, juga ia tak suka. Lantas mengapa sekarang keduanya mendatanginya, mengajak berkenalan. Jelas, itu bukan gayanya. 



Senyum di wajah Caca lenyap, ia menghela napas berat. Oke, dia tahu konsekuensinya beramah-tamah dengan pria dingin dan sombong di hadapannya. Baiklah, mungkin sepertinya ia akan menjelaskan pada Jeni, bahwa tak usah lagi mendekati atau bahkan mengagumi pria seperti Gaza.


"Sorry, ganggu waktunya ya, Kak Gaza!" ucap Caca tegas. Dia bangkit berdiri. 


"Ayo Jen. Sorry ya, gue udah buang waktu ngajak ke sini!"


Gaza menyeringai. Bukan salahnya kalau mereka pergi. Ia hanya tak suka. Tapi seketika ia teringat sesuatu. 


"Tunggu!" Gaza berteriak. Kedua cewek itu berhenti. Caca menoleh cepat. 


"Lo manggil kami, Kak?" Caca mengkonfirmasi. 


Telunjuk Gaza mengarah ke Jeni. "Elo Jeni kelas XB, pemenang olimpiade math kemarin, ya?" 



Gaza lalu berdiri, mendatangi juniornya tersebut. Menatap Jeni dalam. Jeni berusaha tenang, meski hatinya kebat-kebit. Kalau dulu ia bisa garang di depan Gaza, sekarang ia seperti kehilangan taringnya. 


"Iya bener, dia Jeni anak XB, yang kemarin …" 


Caca tersadar, ia tak menerukan kalimatnya. Gaza hanya menatap Jeni dalam. 


"Iya. Kenapa? Ada masalah sama gue?" jawab Jeni akhirnya. Jeni menjawab dengan lantang. 


Hati Jeni makin kebat-kebit. Pria ini jelas sekali berdiri di depannya. Wajahnya yang tirus, kulit putih bersih, mata sipit dengan sorotnya yang tajam. Ah, Gaza memang tampan meski sangat dingin tapi dia suka. 


"Kalau gitu, gue minta tolong. Ajarin gue math tingkat dasar. Gue butuh untuk ujian masuk. Universitas tahun ini. Gimana? Gue bayar berapa?"


Jeni membelalakkan matanya. Gaza tampan, dingin, juga sombong. 


"Gimana?" tanya Gaza lagi. 


Jeni bergeming. 





Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...