Minggu, 23 November 2014

Cinta Bukan Justifikasi Saudari..



Saya bukan tidak suka pada kalian wahai orang-orang kesayangan para malaikat, tapi sayangnya, di antara kalian akhir-akhir ini, senang sekali berghibah di media social, mungkin niatnya mengomentari atas perilaku-perilaku yang tidak sesuai syariat, tapi lambat laun, tulisan pedas kalian acapkali menimbulkan kesan, Islam itu keras.

Social media dunia maya bak jamur di musim penghujan dengan segala pernak-perniknya, mulai dari kaum intelektual, sampai orang-orang (maaf) tidak memiliki kesempatan sekolah. Situs jejaring pertemanan, ya di sana mulai terangkai cerita, mulai hanya sekedar penghibur diri hingga ada yang menjadikannya sebagai sarana dakwah, tak sedikit juga sebagai corong kampanye dari partai politik, sah-sah saja, selama bukan konten pornografi dan pemunculan isu SARA-menurut saya-
Rupanya tidak hanya sekedar untuk ajang narsis diri, pamer kebolehan, dan yang lainnya, sebagian dari kita hanyut di situs jejaring pertemanan. Kita tergelitik untuk mengomentari apa saja, mulai permasalahan ecek-ecek, hingga permasalahan negara.
Masalahnya akhir-akhir ini saya tidak terlalu nyaman dengan perilaku sebagian dari komunitas sebagian orang-orang yang dinilai baik secara penampilan, mengenakan pakaian taqwa, menutup aurat, bahkan belajar mengaji tiap seminggu sekali, mengapa rajin sekali mengomentari kesalahan orang-orang yang dianggap sebagai lawan?
Ya, tentu saja, yang melakukan hal tersebut bukan hanya kalian, mereka pun tak kalah membabi buta jika mengomentari lawan-lawannya, menyebarkan fitnah dan berita bohong, menjelekkan dengan makian dan ucapan yang sangat kotor, tapi jika kalian wahai para saudari yang begitu menjaga diri, dimanakah letak perbedaan kalian dengan kaum tersebut?
Tergelitik memang untuk mengomentari sesuatu hal yang kalian pahami itu diluar syariat, tapi apakah tidak ada cara yang lebih baik dari sekedar berteriak di social media hingga menjadikan phobia sebagian orang yang tak paham bagaimana Islam mengajarkan. Maka, munculan sebutan-sebutan tak menarik untuk kalian, padahal bukankan kalian adalah kaum yang terdidik untuk senantiasa menjaga dan menahan baik secara lisan maupun perbuatan?

Saudari sholehah, jilbab memang bukan ukuran tiada cela yang dilakukan, dan tiada dosa yang ditanggung, tapi bukankah kalian pahami bahwa pakaian taqwa itu adalah filter, filter untuk lebih menjaga diri dari perkataan, perilaku, dan sikap yang terlampau keras. Bukankah telah tertulis dalam sebuah kitab yang pernah kalian baca betapa lemah lembutnya teladan kita Nabi Muhammad SAW?
Saya paham, maksudnya agar menunjukkan kalian bukan mahluk lemah, lantas diinjak-injak seenaknya oleh orang-orang yang ingin mengaburkan syariat, tetapi adakah cara lebih elegan dari sekedar mengghibah, menyebarkan berita yang belum tahu pasti dari mana sumber pastinya, dan menyebarkan kesalahan orang lain? Atau bahkan berteriak lantang yang bisa saja berakibat pada orang lain yang tidak respek lagi dengan bendera yang kalian kibarkan? Jika senang menyebarkan kesalahan dan mengomentari dengan nyinyir, lantas apa bedanya dengan infotaiment setiap pagi dan siang di televisi?
Alakulihal, kalian begitu berharga wahai mahluk mulia, dengan apapun berbagai cara demi tegaknya syariat, tapi cara yang baik masih menjadi sorotan utama di negeri kita tercinta, maafkan saya yang lancang menulis ini, saya pun tak kurang cela, alpa banyak pula, tapi saya punya cinta, untuk kalian wahai saudari yang pandai menjaga diri.
Wallahualam Bishowab

Sabtu, 15 November 2014

Guru (Bukan) Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

"Kalo lo mau cari duit, bukan di sini! di dunia pendidikan, cari aja di tempat lain dengan cara yang lain!"  kalimat ini pernah saya frontalkan secara tak sengaja pada teman saya, entah berapa tahun yang lalu, dan sepertinya saya salah besar mengatakan kalimat tersebut, sebab kesejahteraan mutlak milik setiap profesi, apapun profesinya.

Jelang hari guru nanti tanggal 25 November, guru bukan kaum marjinal. Bukan juga manusia setengah dewa, tapi kalau ada akronim digugu dan ditiru ya..memang itulah adanya. 
Entahlah  bagaimana kisah para pendidik di luar negeri sana, kesejahterasaan, tuntutan, dan penilaian masyarakat.

Berkaitkan dengan kalimat yang pernah dengan frontal saya katakan pada teman saya, kala itu, uang tunjangannya belum keluar, kesejahteraannya kecil, hak...dia katakan itu hak, ya saya tahu itu, hak para guru mendapatkan kesejahteraan yang layak. Tapi kembali lagi, bukankah kita sudah sama-sama tahu bagaimana kesejahteraan untuk para guru di negeri ini? gaji marjinal. Ketika pegawai swasta lain sudah menikmati gaji UMR, guru mesti harus ikhlas dengan bayaran per jam yang diterimanya, beda sekolah beda kebijakan. 

Saking kesalnya dengan keadaan tersebut maka dengan frontal saya katakan kepadanya agar tidak cari uang dan mengharap-harap kesejahteraan lebih di dunia pendidikan, sebab itu sama saja dengan mencari jarum di lumbung padi. Ketika tuntutan kian banyak, jam kerja yang tugas-tugas yang beda tipis dengan karyawan yang lain, ditambah dengan bagaimana penghargaan negara terhadap profesi yang akhirnya melahirkan orang sekelas presiden, doktor, profesor, dan ahli-ahli yang  dapat menambah kebermanfaatannya pada negara? dimana penghargaan itu?

Melalui tunjangan sertifikasi, invasing? lalu bagaimana nasib guru honor? bagaimana nasib guru di sekolah swasta yang muridnya sedikit? bagaimana pula nasib guru bantu yang nasibnya masih terkatung-katung?  bagaimana juga dengan cara pemilik-pemilik sekolah swasta memberikan penghargaan pada guru mereka?
Profesionalisme itu selalu berbanding lurus dengan penghargaan, semakin profesional maka penghargaan semakin besar, begitu pula sebaliknya, lantas apakah guru di tanah air tidak profesional? sebut saja gurunya Ibu Mus, gurunya Lintang di novel garapan Andera Hirata, apakah tidak cukup profesionalkah ketika akhirnya dia berhasil melahirkan orang sekualitas Lintang? 

Ah, entahlah...saya hanya heran, dari sisi mana orang melihat? ketika ada yang sukses tak pernah ditanya siapa guru dibalik itu, tapi ketika banyak terjadi penyimpangan, maka akan dikatakan..ini semua salah guru. Mungkin itulah ada kutipan: pahlawan tanpa tanda jasa" tapi saya tak suka dengan ungkapan ini, sebab seolah dengan ungkapan ini seperti ini mengaburkan sisi profesionalitas guru, yang menyebabkan kaburnya juga penghargaan untuk mereka. Menurut hemat saya, penghargaan itu perlu apapun profesinya, harga dari profesionalisme.


gambar hasil selancar dari google image
(bersambung) 

Jumat, 14 November 2014

Wonogiri i'm in Love (Love Karst, Love is You Ai)

Tempat-tempat itu..dulu hanya cerita, dan kau membuat cerita di atas cerita, nyata..di kedua mataku, arigato gozaimasu Ai .. ;)

Masih di jumat penuh inspirasi. Ini utang tulisan dari saya untuk saya (aneh kan?) dan sudah lewat sepuluh hari yang lalu, tapi terlanjur ngemeng sama suami mau bikin tulisan menarik tentang Wonogiri, dan mumpung belum lewat ampe sebulan, so tak ada kata telaat ^^. 

Tanggal dua November kemarin ceritanya hari lahir saya, biasanya sih enggak pernah ada perayaan apa-apa, ucapan dari orang spesial apalagi, boro-boro ucapan atau hadiah dari yang spesial, orang spesial yang dimaksud juga belum ada, meski orang tua dan murid, serta rekan sejawat tidak kalah spesial dari yang akan dimaksud dalam tulisan ini ke depan ;)

Alhamdulillah di usia yang sudah berkurang banyak kemarin saya sudah menggenapkan setengah dien, nah orang spesial itu hadir, dengan ucapan spesial saat pertama saya membuka mata, "Selamat Ulang Tahun Love, semoga jadi istri yang baik," duuh..nyesss deh sama ucapannya, sama doanya, plus sama perlakuan manisnya (enggak maksud provokasi jomblo-ers lhoo ;) ) 

Sedikit siang dia mengajak saya, hadiah ulang tahun katanya. Dia paham sekali saya suka hadiah yang seperti apa, padahal sih enggak peduli mau dikasih apa saja asalkan darinya saya senang sekali. Ternyata dia punya kejutan...motornya membawa kami makin menjauhi Surakarta menuju Wonogiri. "Wonogiri here i' come, jerit saya-dalam hati tentunya ^^

Perjalanan penuh perjuangan, dari Surakarta mesti harus lewatin Sukoharjo, baru Wonogiri. Wow, yang kebayang apalagi kalau bukan bakso..wkekekekq (maklum otak makanan) tapi ternyata suami mau menunjukkan sesuatu yang bikin saya bilang "wew" wew ya bukan wow.. dan eng ing eng...weeeeewwww..bentang lahan karst, weeeewwwww :D

kondisi topografis di Kabupaten Wonogiri
Pemandangan Pegunungan Sewu diliat dari kejauhan

Yup Wonogiri, dengan kondisi geografis merupakan pegunungan berbatu gamping, lahan karst, pahatan alamiah karst menjadi pemandangan kece di sepanjang perjalanan yang topografinya perbukitan bergelombang. Selama di motor berasa field trip bener dah sama suami (kebetulan latar belakang jurusan mirip-mirip--Ilmu Tanah-Geografi--mirip tho ;) ) so yang terasa selama perjalanan bukan seperti pasutri yang lagi honeymoon yang ngebahas cinta-cintaan-halaah hehe, yang ada di tengah terik mentari, di atas motor yang jalannya di atas topografi enggak rata, yang ada malah bla..bla..bla..doi jelasin tentang lahan karst, jenis tanah tuff, jajaran pegunungan sewu yang terlihat jelas dari kabupaten ini, enggak terasa sampai di rumah seniornya Mas Doni namanya, lokasi tepat di depan SMA 1 Wonogiri. 

Ngobral-ngobrol panjang lebar, sampailah kita harus meneruskan lokasi "field trip" ke Museum Karst, berlokasi di kecamatan Pracimantoro. Dan setelah hampir empat puluh lima menit motor melaju di atas bukit bergelombang, setelah pinggang pegal, dan lumayan parno kalau berpapasan sama truk, alhamdulillah ketakutan dan rasa letih terbayar saat kami sampai di kawasan GEO PARK ... di kawasan yang entah berapa hektar itu dengan budget murah meriah  (delapan ribu sudah untuk dua orang plus motor) kami bisa berkeliling sepuasnya di kawasan wisata edukatif itu. Wew gilingan bengeeet...selama saya kuliah lapangan di geograpi belum pernah deh njajah daerah ini.

Denah petunjuk kawasan GEO PARK

Di kawasan tersebut ada museum tentang karst, bukan hanya di Indonesia tapi juga dunia! weeeww lagi ;), termasuk pembentukkannya plus bentukan-bentukan alam yang terjadi akibat pelarutan batu gamping tersebut. Nyaman udah pasti, edukatif juga, menarik untuk yang udah punya anak ;), yang masih bulan madu juga seru, adeeeemm... (ya iyalah AC) hehe kontras dengan suhu di luar yang lumayan buat produksi keringat makin banyak, tapi tidak disarankan buat yang pacaran wekekekkq :D. Sayangnya kami sudah terlalu sore sampai lokasi, museumnya sudah mau tutup (tutup jam 16.00).

Salah satu jenis batu gamping

Atoll (salah satu bentukan gamping)

Proses pembentukkan karst

Kalsit

Fosil proses pembentukkan marine
Ai ^^

Narsis boleh ya ^^

Figure cavers


Tidak hanya museum karst yang menarik, tapi juga beberapa goa-goa hasil pelarutan batu gamping, lagi-lagi karena hari sudah sore maka lain waktu saja menikmati goanya. Jam lima sore sampai di rumah Mas Doni lagi, istirahat sebentar, Mas Doni menyalakan mesin motornya, mengajak kami ke suatu tempat. "Kemana Ai? tanya saya bingung, suami saya masih belum paham akan diajak kemana, kami berdua mengikuti motor Mas Doni dari belakang, melwati jalan setapak bertopografi kasar. Dan tiba-tiba saja..jreeeng.. Waduk Gajah Mungkur.

Sunset Gajah Mungkur

Sorry, ga maksud pamer yaa ^^

Baju hitam, senior suami saya-Mas Doni ^^

Weeww lagi, waduk fenomenal ini, namanya saya sering dengar, fotonya juga baru saya lihat saat suami pernah penelitian ambil sampel air di sana, tapi liat jelas sekarang, baru di tanggal 2 November, menjelang magrib. Pemandangan dramatis, di tengah-tengah danau, matahari berwarna oranye perlahan tenggelam, sunset enggak cuma keliatan dramatis di pantai aja ternyata, di danau juga! weeew fantastis!

Sayangnya kemarau panjang membuat air waduk menyurut, informasi dari Mas Doni, waduk yang membendung sungai terpanjang di Jawa ini merupakan pemasok sumber air minum di Wonogiri, lah kalau surut sampai fosil-fosil desa yang pernah ditenggelamkan saat pembangunan waduk jadi terlihat itu piye?? parah banget kan surutnya berarti ... so poor :(

Waduk Gajah Mungkur, so cool, pemadangan yang bikin mata susah ngedip, tapi juga enggak lama, udah magrib kita harus kembali pulang ke rumah Mas Doni, sholat magrib, dan setelah itu lanjut ke Kota Sragen.. ;) sebelumnya jamuan makan malam menarik dari Mas Doni. Sejak dulu bagi saya karst selalu menarik, menarik sekali. ^^

At last but not least --Arigatone Ai .. Matur Nuwun buat Mas Doni ^^ next time mengagendakan caving di GEO PARK..semoga bisa tereksekusi :D

Happy Weekend ^^

Mimpi Itu Panjang, Iradah ...

"Ide itu bertebaran di muka bumi, seperti rahmat Allah yang bertebaran, hanya yang sulit adalah mengalahkan "alasan" --- dikutip dari kalimat Mbak Asma Nadia mix sama Ari Khusrini--

Well, sruput teh dulu, jumat pagi semangat kan? besok weekend, saatnya melakukan sesuatu yang menyenangkan. 

Tulisan saya diawali untuk menanggapi keluhan seorang teman-Iradah namanya, pipinya gempil dan senyum manisnya, bikin gemas setiap mencubit pipinya ;) . Mimpinya hebat, punya konsep juga, bakat ada, modal ada, semangat ada, mungkin tinggal sisi teknis yang belum lengkap (ada bumbu yang kurang)  ;) dia ingin jadi penulis..ya dan menurut saya dia sudah menjadi penulis, masalah sudah ada buku atau belum itu hanyalah kesempatan, tapi saya yakin dan percaya, bukunya sebentar lagi akan ter-display dengan apik di rak toko buku besar :D

Bukan curhat sih, tapi sekedar berbagi saja, keinginan saya menjadi penulis itu sudah ada sejak saya semester satu di kampus, waktu itu usia saya masih delapan belas (masih imuut kaan?? wkekeekek), ya, dan pertama kali saya verbalkan keinginan/mimpi dibumbui ambisi itu saat saya, Monos, Dewo duduk bareng di perpustakaan, ngerjain tugas plus ngerumpi, hingga terlontarlah kalimat : "Gue sebenernya pengen jadi penulis Wo, Nos," kata saya pada Dewo dan Monos, anak geografi yang udah enggak ada padanannya deeh.

Monos nyengir aja sambil manggut-manggit, modelnya Monos yang selow dan cenderung membahagiakan lawan bicara dengan tidak terlalu sering mendebat, berbeda dengan Dewo yang cukup reaktif, "Kalau Puput mau jadi penulis, mestinya dari sekarang udah mulai nulis, udah mulai kirim ke majalah, koran, penerbit, enggak cuma pengennya aja," jleeb..mendingan ditusuk pake tusuk gigi deh, daripada denger kalimatnya Dewo barusan, hehe.

Saya jadi ingat pepatah Cina, Obat Baik Pahit Rasanya, kalimat Dewo pahiiit rasanya, tapi mujarab hasilnya, meski harus menunggu bertahun-tahun lamanya. Pasca kalimat Dewo itu saya bukannya rajin nulis, malahan makin rajin baca..lhooo? Ya, sebab setelah itu saya merasa memantaskan diri untuk menjadi penulis, bisakah? boro-boro ngirim tulisan ke majalah, koran, boro-boro nulis, bahkan mimpi jadi penulis, sebab saya rasa-rasa, perbendaharaan kata saya minim, apalagi diksi, apalagi teknik menulis, waduuh masih jauh.

Mencuri-curi waktu di perpustakaan, selain buat ngerjain tugas yang minimalis, malahan saya sering nongkrong di lantai 4, tempatnya novel-novel kece dipajang, tugas geografi gampaanglaah...dapet-dapet nilai B juga enggak apa, C juga masih tak apa, asalkan jangan D, heheh (jangan ditiru) 

Kali itu, saya tidak hanya menikmati cerita yang disuguhkan penulis di novel itu, tapi saya juga mulai belajar bagaimana si pengarang membuat karakter penokohan, alur, dan konflik, plus memperhatikan diksi yang digunakan. Mimpi saya reset ulang, punya keinginan saja tidak cukup, apalagi hanya dengan emosi, semuat butuh perencanaan yang matang plus amunisi :D

Pasca kuliah saya merasa punya waktu lebih luang, karena setiap pulang kerja paling saya tidur-tiduran, nonton televisi, daripada menghabiskan waktu dengan seperti itu kembali saya ingat mimpi saya yang tertunda. Bismillah...saya mulai membuat cerita, mengirim ke majalah, ikut lomba-lomba dan hasilnya....alhamdulillah kalah :D

Bahkan pembangunan sebuah Taj Mahal yang indah saja membutuhkan waktu yang tidak sebentar, salah satu analogi itu yang menguatkan saya untuk sabar menulis. Kalah itu biasa, menang juga biasa, yang luar biasa itu kalau buku dipajang di Gramedia terus lebih luar biasa lagi kalau jadi best seller... wekekekekq ;)

Batu pijakan saya selanjutnya adalah pada tahun 2010, Oktober, saya diundang via media sosial untuk mengikuti workshop menulis, dari penulis ternama- Mbak Asma Nadia, nekat ikut, modal tabungan yang segitu-gitunya, merogoh kocek dengan cukup dalam, empat ratus ribu hanya untuk workshop yang cuma sehari (dari jam 09.00-17.00) tapi uang sebesar itu yang membuat saya meringis saya anggap itu sebuah investasi dari mimpi-mimpi panjang saja. Kalau kata pepatah jawa : Jer basuki mowo beo, artiin sendiri yaks..hehe, eeh enggak-deh, jadi artinya kurang lebih tidak akan ada kesejahteraan tanpa modal/biaya/etc..gitu deh...

Dari acara itu mata saya melek, gimana teknik nulis, bikin plot, alur, konflik, sampe deskripsiin cerita yang baik, penokohan karakter yang hidup, plus mental yang baik. Enggak moody-an, sabar nulis, merangkai cerita, dan yang terpenting banyak membaca.

Setelah acara itu, alhamdulillah, tahun 2011 saya ikut lomba lagi setelah melalui kekalahan berkali-kali (enggak kapok ceritanya, hehehe) alhamdulillah saya naskah saya diperhitungkan dalam sepuluh naskah favorit, dibukukan, di-display di Gramedia, senang bukan kepalang meski baru punya satu buku, itu pun meski belum best seller, tapi tak apa, selanjutnya...mimpi saya masih panjang dan berproses tidak mudah, tapi saya menikmati.

So, ini untuk Iradah, teman saya yang sholihah ;), semua bisa dicapai, bisa dipelajari, frustasi kala membuat cerita itu biasa, kurang semangat saat menulis juga biasa, tapi yang luar biasa itu kalau saat lemah dan kurang semangat timpa dengan multivitamin, ya buku-buku multivitaminnya, tak usah menunggu lama, nanti juga akan sehat lagi.

Iradah, next penulis inspiratif berikutnya, saya percaya itu, butuh kekuatan untuk mengalahkan berbagai alasan, butuh juga buku-buku sehat, berkumpul dengan mereka yang sudah hebat mengeluarkan lebih dari satu buku, perbanyak link. Sukses Iradah..love you  ^^

Rabu, 17 September 2014

I Love You, Because Allah

"Lo selalu inget Put sama kejadian yang dah belasan tahun silam...," kata Mila
"Ya, dan lo selalu lupa sama apa-apa yang udah lewat," jawabku kalem-kalem keren.


Cerita ini bermula dari senin kemarin. Mila-sobat saat masa-masa susah senang bahagia enggak ada batasan yang nyata (baca: jaman kuliah), dia datang ke rumah saya, membawa kabar duka. Ayahnya Sri --teman sekelas kami di kampus--meninggal dunia. So, tanpa pikir panjang (telepon suami dulu sih kalo mau ta'ziah, hehe), capcus lah saya n Mila ke Tanjung Barat (meski yeah, well, kayak kebiasaan yang udah-udah dibonceng Mila, dan ini beneran super enggak keren, hehe) 

Sampai Tanjung Barat, masih banyak tamu, jenazah ayahnya Sri sudah dimakamkan. Ketemu Sri dan keluarga, cupika cupiki, peluk-peluk, sambil ucapin belasungkawa. Sri alhamdulillah tabah, kondisi fisik dan psikisnya terlihat stabil. Dan di moment ini tanpa sadar kita nostalgiaan, cerita ngalor ngidul, pastinya ya itu mengulik lagi jaman-jaman susah senang bahagia enggak ada batasan yang jelas. 

Hm, dan ternyata kami sudah bersahabat dua belas tahun lamanya, didera beragam rasa, didera bermacam kesibukan. Ikrar cinta I love You because Allah yang dulu sering kami ucapkan saat bersama masih terngiang jelas,  serasa semua baru kemarin saja.

Agustus 2002, kami dipertemukan di satu ruang kelas. Ruang 315, yang kata senior waktu itu sih ruang kelas tersebut milik jurusan Geografi. Oh ..hooh lah, saya kan emang daftarnya jadi mahasiswa Geografi UNJ (bukan mahasiswa Sejarah, or yang laen, so dah pasti dikumpulinnya di kelasnya Geografi.  Di ruang itu, ketemu senior-senior yang beragam gaya, wajah, dan karakter. Dan yang terpenting adalah pertemuan dengan wajah-wajah baru satu perjuangan, duduk lesehan di bawah, tampang cupu, bau-bau SMA (termasuk saya).

Tanggal 15 Agustus 2002 tepatnya, saat briefing untuk persiapan MPA (Masa Pengenalan Akademik) ya sebenernya sih judulnya ospek... :P. Kirain sih yang namanya briefing itu paling cuma beberapa jam, enggak taunya seharian--(metong :P) penyiksaan dimulai dari jam delapan pagi sampai jam lima sore (sebel sama senior). Nah di hari itu munculah nama-nama mahluk yang cupu-cupu. Ada:  Ade siti, Ade Zaenal (Jae), Ade Setiadi (Gondrong), Dewo, Intan, Ira, Eka, Esti, Yayah, Ade Tarya (Tarjo), Akis, Sri, Ikhmah, Pati (udah almarhumah), Mae, Uswah, Atun, Nining, Rakhma, Arin, Bondan (kepala suku), Nita, Kokom, Iid, Hendra (Moncos/Monos), Denny, Hadi, Agus, Iwo, Sam, Ula, Elly, Siti, saya sendiri,  dan terakhir Miftah (masuk tanggal 16 Agustus 2002, mangkir di briefing pertama)

Selanjutnya, kami beradaptasi. Mulai dari yang sikapnya begini begitu sampai yang freak banget diliatnya. Tapi apapun itu tetap menyenangkan. Ah, dan kesenangan itu terus berlanjut, tidak hanya di bangku kuliah, di kantin, di perpus, di laboratorium alamnya geografi (kuliah lapangan) , di sekretariat BEMJ, di musholla, di kosan teman (numpang ngerjain tugas, makan plus bobo siang kalau nggak ada kuliah dan nggak ada rapat-rapat siluman ;) ) hingga di arena pendadaran (ruang sidang yang horror) 
Ya begitulah kira-kira. Selama empat tahun setengah, saya bareng mereka di satu gedung. Mahluk-mahluk cupu itu akhirnya bermetamorfosis jadi mahluk-mahluk keren berkarakter. Menapak jejak masing-masing. Satu persatu mengepakkan sayap di tempat berbeda. Kami terpisah jarak, dan ruang.

Kembali lagi ke Mila dan Sri. Dan saat-saat saya menukil kenangan bersama mereka, menjadi sesuatu yang menyegarkan bagi kami. Bahkan sesuatu yang dulunya terasa pahit pun tetap menarik untuk diceritakan dan dinikmati. 

Hingga Mila mengatakan, "Lo selalu ingat apa yang pernah terjadi Putse,"
Sri hanya tersenyum genit, dan langsung saya tegaskan, "Ya dong, dan lo selalu lupa sama apa yang udah lewat, tapi kalau gue ungkap gini lo jadi inget lagi kan?" jawabku kalem-kalem keren.

Dan asal kalian tahu saja, cerita ini akan menarik untuk dibukukan, "Mahluk-mahluk Manis di Ruang 315."

--------karena kalian begitu berharga. Love you because Allah....itu yang sering kami ucapkan disela-sela kebersamaan kami-------------------------------------------------------------------------------------

Kamis, 10 Juli 2014

Sepenggal Doa Untukmu

 Allahummasurna ikhwana wal mujahidina fii filistin (Ya Allah, berilah pertolongan kepada saudara-saudara dan para mujahid di Palestina)

Sepenggal doa untuk saudara-saudara kita di Palestina. Jauh, ribuan kilometer dari tempat kita berada, yang bahkan kita juga tak mengenal mereka, mereka pun begitu. Namun, tali aqidah tak bisa putus hanya karena tersekat geografis. Mereka diberi "kenikmatan" kala Ramadhan. Allah memanggil jiwa-jiwa suci untuk bercengkrama dengan para bidadari. Meski begitu rasanya secara kasat mata diri ini tak rela melihat tubuh tercabik-cabik oleh dentuman-dentuman dan kebiadaban Israel laknatullah. Ya, meski kita semua tahu bahwa perang ini adalah perang terlama sepanjang kehidupan, hingga Allah menetapkan takdirnya dengan sebuah kemenangan untuk kibaran bendera Islam di sana. Tetapi, bukan berarti kita menutup mata begitu saja, lantas mengatakan bahwa di sana ya di sana, dan di sini, kita urusi saja yang di sini (di tanah air permasalahan yang masih banyak), sungguh tidak demikian sahabat. Di manapun berada, mereka saudara kita satu aqidah. Bahkan orang-orang non muslim pun sekarang tengah berbondong-bondong melakukan dukungan untuk kemerdekaan Palestina. Semata karena tidak tahan dengan kebiadaban yang ada di sana. 

Palestina, Masjidil Aqsa, kiblat umat Islam yang pertama, tempat yang diberkahi. Masjidil Aqsa, salah satu tempat Isra dan Mi'raj. Tempat bersejarah dan bernilai untuk seluruh umat Islam (sekali lagi Islam, tanpa pengecualian, bukan golongan A,B, atau C, tapi umat Islam keseluruhan). Maka inilah salah satu alasan kita tetap mendukung dan membela mereka. Meski hanya sepenggal doa tadi. Meski rasanya saya sendiri malu mendoakan mereka, sementara diri ini berlumuran dosa. Sementara juga, mereka yang didoakan jelas-jelas terjamin surga, jelas-jelas para kekasih Allah. Untung saja tidak ada syarat macam-macam untuk mendoakan sesama saudara, untung saja Alllah tidak membatas-batasi doa yang melayang ke langit. Syaratnya satu, cukup Ikhlas. Palestina, masalah kita bersama, di sana tengah kembali terluka. 

Akhir kata, pesan dari founding father negara kita :

"Selama kemerdekaan bangsa Palestina beleom diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itoelah Bangsa Indonesia berdiri menantang Pendjadjahan Israel"
(Ir. Soekarno-1962)


Allahualambishowab..

Sabtu, 05 Juli 2014

Racauan Jelang 9 Juli

Hari-hari jelang 9 Juli 2014. Hari dimana warga negara Indonesia memilih pemimpin mereka. Awalnya saya sangat-sangat tidak peduli dengan apa yang terjadi. Berusaha menutup mata dan telinga dengan segala isu yang beredar di luar sana. Ah, bukan kah ini sejenis ritual lima tahunan? Siapapun yang akan menjadi pemimpin sepertinya akan sulit memberikan perubahan signifikan pada negara ini. Sorak-sorai acara debat yang terus diperbincangkan, mulai di warung kopi, warung nasi, bahkan mungkin di warung remang-remang. Mulai di pangkalan truk, pangkalan bus, pangkalan udara, pangkalan ojek, hingga di pangkalan militer (tentunya kasak-kusuk--sebab itu zona netral). Tak pelak, pembicaraan pun ramai di seluruh media, hingga media sosial. Semua orang di negara ini mendadak berubah bak pengamat politik, pun mendadak menjadi politisi praktis. 

Ya, semua ini lumrah, sebab suhu perpolitikan di bumi pertiwi sedang memanas. Hingga ada seorang kawan yang dengan gemas mengatakan ini urusan ideologis! Para pendukung yang saling mengejek capres sebelah, memberikan sebuah paparan yang entah fakta, data, atau isu. Entah, semua ini sama sekali tak bisa saya ketahui. Tapi yang jelas, kampanye hitam dan abu-abu bertebaran di negara yang katanya memiliki nilai toleransi yang tinggi. Ketidakberadaban ternyata ada di tengah ideologi Pancasila yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab"

Ah, andai-andai para perumus-perumus ideologi bangsa ini melihat di langit sana (Ir. Soekarno, Muh Yamin, dan Soepomo) mereka pasti menangis. Sebab ternyata berpeluh-peluh orang-orang hebat ini menghasilkan sesuatu yang besar untuk bangsa ini ternyata hanya terpakai sebatas di bangku sekolahan saja. Nyatanya bagaimana dalam implementasi sehari-hari?

Tuh kan, saya juga mendadak jadi sok pengamat ideologis begini, sok Pancasilais, padahal bisa jadi saya juga tak terlalu paham benar dengan apa itu ideologi negara yang dirumuskan oleh Ir Soekarno dkk. Bukan saya skeptis, sinis, apatis, apalagi anarkis, Tulisan ini hanya sekedar peramai suasana, pemanas, tim hore, meski entah siapa yang saya berikan tepukan tangan. Tunggu tanggal 9 Juli 2014, akan seramai dan semeriah apa pesta demokrasi di negeri ini?????

(Allahulambishowab)

Jumat, 06 Juni 2014

Untuk Yang Spesial

Kemarin hari lingkungan hidup, iya aku tahu pasti. Sejak aku kuliah di jurusan Geografi yang memang bersinggungan dengan lingkungan pun tahu kalau tanggal 5 Juni itu hari lingkungan hidup dunia.
Aku juga tahu kalau sehari setelahnya--atau lebih tepatnya hari ini-- adalah hari lahir kepala negara pertama di Indonesia, salah satu orang yang berpengaruh di mata dunia, cerdas pemikirannya, tegas setiap titahnya, dan tinggi kehormatannya. Orang yang menjadikan bangsa ini memiliki martabat di mata dunia. Putra Sang Fajar, begitu aku senang menyebutnya--sebenarnya sih mengutip judul buku tentang perjalanan hidup beliau. Ir. Soekarno, yang terlahir pada hari ini tanggal 6 Juni 1901. 

Tapi sekarang, aku tahu lagi, bahwa ada seseorang yang lahir di tanggal yang sama dengan tahun yang berbeda. Orang yang belum lama aku kenal, tapi sudah lamaaaa kutahu (mungkin terpinggirkan sejenak, atau memang belum saatnya kenal lebih dekat--ah aku tak perlu tahu apa bedanya) yang pasti, orang tersebut spesial bagiku.

Dan aku tak perlu berpanjang-panjang kata untuk menjelaskan bahwa dia begitu spesial. Cukup dengan kalimat "dia begitu spesial bagiku" dan hari ini, kukatakan juga, "selamat hari lahir untukmu yang spesial buatku. Semoga segala ego absolutmu tercapai. Makin-makin-makin, hingga yang kau inginkan ada dalam genggamanmu."

Oh iya, semoga tetap hijau dalam aktivitasmu. Dan semoga....apa yang kita cita-citakan semakin dimudahkan. Sayangnya, karena kini kita masih berjarak, maka tak ada omelet, pisang keju, puding coklat, atau apapun di tanggal ini, baru tulisan ini saja sebagai tanda, aku ingat...ingat hari lahirmu ini. 

Met Millad Ai...semoga usianya makin diberkahi....aamiin ;)

Senin, 21 April 2014

Perempuan yang tak Sekedar Perempuan

Hi..Ladies..

Ini bukan sekedar iseng catatan pagi hari, tapi ini catatan tentang betapa beruntungnya kita yang terlahir menjadi seorang perempuan. Lho kok?

Waktu masih duduk di sekolah dasar sekitar kelas 5 SD saya sudah mengidolakan Benazir Butto, kenapa dia? Ah entahlah saya lupa, mungkin memang karena sering mendengar beritanya di televisi. Tapi yang saya tahu saat itu karena beliau adalah perempuan, perdana mentri, berani, bahkan saat mengalami peristiwa penembakan. Itu saja. Selanjutnya saya tidak mengidolakan siapa-siapa (sosok perempuan). Yang saya tahu bahwa perempuan itu bisa juga bermain di mata dunia. 

Perempuan-perempuan di mata dunia. Yups, begitu banyak para pemimpin dunia yang hebat, besar, berwibawa, garang, tapi akhirnya hanya menjadi anak ayam di pangukuan wanita. Lihat saja Cleopatra yang menjadikan Julius Caesar menjadi bukan siapa-siapa di matanya, Marie Antoinette yang menjadi penyebab tergiringnya Raja Louis XIII ke guillotine (termasuk dirinya). Imelda Marcos si kupu-kupu besi juga penyebab tergulingnya pemerintahan Ferdinant Marcos. Dan masih ada nama-nama perempuan yang sukses menaklukkan para penguasa, sekaligus mengakhiri kehidupan mereka dengan tragis. 

Meski ada sederet nama besar (yang masih didominasi wanita) Hellen Keller yang besar dan hebat, meski dalam keadaan kekurangan, beserta gurunya Anne Sulivan. Ada juga Marie Svodoska Currie peraih nobel yang mengidap kanker akibat temuan yang dihasilkan. Margareth Teacher si tangan besi. Juga masih banyak sederet nama yang banyak tidak saya tahu (keterbatasan ingatan dan pengetahuan saya hehe)

Tak kalah hebat sederet nama besar, tapi bersahaja, dan dirindukan surga. Ada si cerdas Aisyah r.a, penghapal hadist, pemegang panji-panji saat perang, dengan wajah merah merona yang beruntung terlahir menjadi pendamping hidup seorang pria besar pilihan Allah. Ada juga Fatimah r.a, perempuan cerdas, terjaga semua yang ia miliki, bahkan disinyalir setan saja tak tahu apa isi hatinya hingga nafsunya pun terjaga. Masih ada Asma binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar bin Khatab, dan pejuang tangguh Summayah. Dan jauh sebelum mereka memulai perjuangan untuk Islam, ada wanita cantik, kaya raya, yang merelakan seluruh hartanya untuk perjuangan Islam, Khadijah, istri pertama dan utama Baginda besar Muhammad SAW. Masih banyak juga sederet-deret nama-nama perempuan hebat dalam sejarah Islam dan dunia. 

Indonesia perlu bangga, untuk apa menundukkan wajah, bukankah Indonesia memiliki seorang perempuan bersahaja, memperjuangkan perempuan agar menjadi cerdas (bukan orang kedua), tidak hanya pandai mengurus keperluan keluarga, tapi juga mengembangkan wawasan dan mengisi otak bukan hanya sekedar dan ala kadarnya. Mampu menyuarakan apa yang ingin ia katakan melalui tulisan, dan dapat mensejajarkan dirinya dengan para perempuan-perempuan dunia. Terlahir dari keluarga ningrat tapi tidak keningratan, dialah RA Kartini. 

Kesetaraan dengan pria, bukan berarti menjadi setara dan ingin sama dalam segala hal, jelas bukan itu yang beliau mau. Tapi kesetaraan yang memang ada batasan dan sesuai koridor. Toh pada intinya perempuan itu tidak akan menjadi kaum marginal atau termarginalkan apabila dia selalu mengimbangi dirinya dengan pengetahuan dan keimanan. Hingga sekarang saya ulangi lagi, saya bangga menjadi perempuan, saya bangga memiliki tokoh perempuan sekelas RA Kartini yang mendunia, saya bangga memiliki panutan seperti Aisyah r.a, dan pastinya saya bangga memiliki perempuan yang setiap hari saya lihat perjuangannya dan cinta kasih dan pengabdian tak terhingga pada keluarga, sst...wanita terakhir itu adalah Ibu saya sendiri, ya...itupun berlaku untuk Ibu kalian semua.

Selamat hari Kartini, hari ini bukan masalah bias gender, feminisme atau apalah, tapi hari ini sekedar pengingat, bahwa dunia juga perlu tahu, Indonesia memiliki seorang sekelas Kartini. Dan kita wajib merasa beruntung menjadi perempuan, karena semua pengabdian dan perjuangan kita tak akan ada yang percuma di hadapanNya, semua menjadi nilai tersendiri. Perempuan yang bukan sekedar perempuan.

Kamis, 10 April 2014

Pesta Demokrasi Usai, Mari Lanjutkan Perdebatan ^^



Jadi begini, siang ini saya super ngantuk, karena kerjaan yang bikin sakit mata tak kunjung selesai, lalu saya memutuskan break untuk membuat tulisan ini. Well, cuma sebentar…sebentar saja, dan jika tulisan ini tidak mengenakkan mohon tidak sampai kebakaran jenggot, eeh,…maaf, maksudnya tidak sampai panas kepala, hati, atau panas yang lain, mendingan makan soto atau apalah yang panas-panas hehe..Jadi begini, pesta demokrasi baru usai, pastinya akan dilanjut untuk demokrasi dalam memilih yang lain. Semua media ramai membahas partai andalan masing-masing. Pembahasan juga bukan usai pesta demokrasi, tapi sebelumnya juga dibahas-bahas. Kampanye via media apapun yang dimiliki, sampai media sosial juga ikut ramai.
Fine, sah-sah saja sih, mengkampanyekan partai andalan masing-masing. Sah-sah saja jualan kecap, mana ada kecap no 2 pasti semua mengakui kecap no 1. Tapi lagi-lagi dari awal saya perhatikan, urusan kampanye-mengkampanyekan partai andalan, malah jadi terjerembab pada hal-hal yang bersifat menjatuhkan. Parahnya lagi, siapa menjatuhkan siapa? yang didukung siapa yang “perang urat syaraf” di media siapa.
Dengan alih-alih diskusi, buka wawasan, tukar pikiran, tapi tetap saja judulnya debat kusir. Nah, nah, nah… lalu saya bertanya (ga usah jawab-saya enggak mau dijawab)  :D yup, saya bertanya, apa fungsi pertemanan di media sosial jika masih diwarnai perang urat syaraf? yang satu mengatasnamakan figur, demokrasi, ada juga yang mengatasnamakan agama. Ehm, sebab kalau agama yang saya anut, ada “warning” untuk menghindar dari perdebatan yang tidak perlu, apalagi sampai saling menjatuhkan, kecuali jika agama yang jelas-jelas dihinakan, maka wajib kita membela. Lantas kalau masalah pesta demokrasi yang kita juga tak merasakan dampak postif yang terlalu serius??
So,so,so, sebagai warga negara yang tertera di pelajaran PPKN, saya tetap menggunakan hak pilih saya. Tidak apatis, tidak juga berlebihan, cukup hanya sampai tataran ikut merayakan, tanpa ikut-ikutan yang lainnya. Tapi sepertinya sekarang saya malah yang sok ikut-ikutan nyempulung-geregetan dalam mengomentari perilaku-perilaku yang saya sebut diatas nih? Ah, tak usah tersinggung atau marah, anggap saja tulisan ini hanya sekedar racauan belaka …

Semangat siang sahabat ^^

Jumat, 04 April 2014

Tanya Cerita Malam


kau bertanya lagi seberapa menariknya dirimu
aku jadi meracau kalau harus menjelaskan satu persatu
bukannya kau tak punya cedera
aku pun banyak punya cela

malam masih kita lanjutkan cerita demi cerita
ketika bintang ataupun tatkala rinai hujan
ketika pendaran cahaya bulan ataupun geladak halilintar

malam...
kau selalu mempertanyakan...
bisakah ....?
bisa...jawabku...
entah mengapa aku begitu yakin
sebab jika kau bertanya lagi, aku yang akan lebih ingin bertanya macam-macam
terselimuti ketidakpercayaan karena cela yang kumiliki

malam...
kuingin kau tahu
sepanjang aku bertemu dengan banyak cerita usang
kaulah yang termenarik yang pernah kutahu
jariku melukis sesuatu
merajut mimpi ataukah aku yang terlalu pagi mengimajinasi
hingga malam...
yakinlah pagi kan menjelang dan akan mengalami malam lagi..bersamamu...
ai ...kita lanjutkan ceritanya ....

Selasa, 01 April 2014

Ng..Ing..Au.. ---Racau---

arang..sembarang
tak akan patah jadi arang
serang...tak akan melarang
sekarang juga senang-senang

sering..miring
untuk nyanyian dari seruling
tak usah sampai pusing
yakin saja dengan semua yang mungkin

Aah..terlalu banyak meracau
imbasnya menuju rayuan pulau
samar-samar tetap terpantau
ini cuma seruan orang mengigau ....

Selasa, 04 Maret 2014

Atas Nama Cinta

Hoaaaamm....ngantuk, tapi mengingat untuk membayar permintaan teman, membuat catatan menyenangkan hari ini. Hari di mana merasakan lezatnya ukhuwah "sluuurp..nyam..nyam" hehhe, ya gimana enggak lezat coba, menjalin ukhuwahnya di warung mie ayam siih ;) (edisi ngaco) ---moga gak disiram air---

Ceritanya begini. Ada sahabat lama yang berkunjung ke sekolah, sejak setahun dia resign dari sekolahan, sahabat tempat berbagi, sahabat seperjuangan, sekaligus sahabat ngaco-ngacoan... hehe. Fitri namanya, ah ibu hamil yang satu ini gokil bukan main. Dari pembicaraan yang serius, dibawanya dalam keadaan tidak serius, meski konten seriusnya tetap ngena sih. Fitri dateng barengan sama Niar ke sekolahan, niatnya silaturahim dengan saya, Mbak Trini, dan beberapa guru yang lain. Tapi ya gitu, ujung-ujungnya hanya saya dan Mbak Trini yang melanjutkan temu kangen di warung mie ayam .. nyam..nyam :D

Sumpah, cuma beberapa jam sama fitri aja kami sudah dibuatnya terbahak. Doi nih mukanya serius, tapi selera humornya gila-gilaan, ngaconya udah stadium empat, aah..sudah dipastikan suaminya senang bersamanya (eheeeemm..cie-cie...soalnya fitri itu penyemarak suasana) 

Tanpa disangka mengeluarkan kalimat yang bikin ngakak, padahal wajahnya dia super duper lempeng, dan sama sekali enggak ikutan ketawa padahal kami sudah dibuatnya terpingkal. Mulai dari berimajinasi tentang artis D*de Her***no yang katanya minta izin buat nikah sama artis lain, sampai mengimajinasikan sandal saur sepuh yang dililit-lilit sampe atas,....aah ditambah ada aja cerita-cerita konyol yang saya juga enggak inget itu apa, sebab yang saya inget itu saya tertawa-tertawa-tertawa lagi terus-terus-dan terus, untung enggak kram perut... wkwkwkkw :D

Yeah, cukup urusan lucu-lucuan, sampe tadi saja. Hm, inilah indahnya ukhuwah. Ukhuwah membuat dunia semakin berwarna. Berkumpul dengan teman/saudari sepertinya tidak lantas melulu tertawa kebablasan, ada pesan singkat yang ia berikan, bahwa segala sesuatu yang terjadi tak luput dari skenarioNya. Pertemuan kami akhirnya terselip pesan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, khas kami, khas dia, tanpa ada perasaan digurui/menggurui. Tetap ujungnya Allahlah pemberi kenikmatan semua ini. Memiliki teman memang indah, tapi membingkai teman dengan ukhuwah, atas nama cinta karenaNya sungguh lebih indah.

Dan itu, makanya aku tahu, betapa Mbak Trini kehilangan tangan kanan, tangan kiri, dan kaki kirinya, saat saudari sholehah seperti Fitri, Mona, dan Wiwit memutuskan resign dari sekolahan, karena memang ada "ladang" amal lain yang harus mereka kerjakan. So, apapun itu, meski jauh secara fisik, tapi Insya Allah hati-hati kami tetap dilekatkan dalam kerinduan, ukhuwah atas nama cintaNya. (Allahualambishowab)

Met rehat sobat, besok tetap merajut mimpi dan hari bersama orang-orang tercinta. ^^



Fabiayyyialaairabbikumaatukadzibaan...(Arrahman)

"Fabiayyialaairabbikumaatukadzibaan-Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan"



Arrahman...

Bukankah semua yang kita rasakan adalah bukti kasih sayang Allah dan Maha Pemurahnya Dia kepada kita semua? Meski sebenarnya malu mengharapkan kasih sayangNya,sebab diri ini terseok untuk bisa taat kepadaNya, tertatih untuk bisa meng-ignore apa-apa yang tak Dia mau, tapi lagi-lagi rahmatNya jauh lebih besar dari murkaNya.

Arrahman...
Duhai, bukankah kita mahluk yang selalu alpa dan lalai dalam mengingatNya? padahal semua semesta bertasbih kepadaNya. Bertasbih dengan cara mereka masing-masing dengan sesuatu yang tak kita ketahui. Kicauan burung, desiran angin, goyangan dahan, daun, dan ranting, suara gemuruh di langit, kilatan petir, hingga rinai hujan, semua bertasbih mengagungkan asmaNya, tapi kita?

Arrahman...
Ah, tetap saja Dia begitu pengasih dan pemurah, yang cintanya bahkan mengalahkan kasih sayang Ibu kepada anaknya. Berkali-kali alpa dan lemah, Dia selalu punya cara agar mahluk-mahlukNya merasakan rengkuhan kasihNya, merasakan keindahan skenarioNya, merasakan indahnya pelajaran yang Dia berikan. 

Dan dengan semua kenikmatan yang ia beri, masih pantaskah kita mendustakan segalanya? 
Dan dengan semua kenikmatan yang ia beri, diri ini tertunduk malu, rasanya tak sebanding dengan perbuatan diri yang seharusnya sudah diperintahkan. Meski apapun terjadi tetap saja tak mengurangi sifat ke-Arrahman-nan Nya. 

Dan pagi ini, sama dengan pagi-pagi sebelumnyaa, pagi yang selalu diselimuti oleh sifat ArrahmanNya, semoga pikiran dan hati tak luput dari mengingatNya. So, met pagi sobat....semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat limpahan kasih sayangNya...dan tebar kembali menjadi sebuah kebaikan.

Allahualambishowab

Selasa, 25 Februari 2014

Monolog Malam

Hi...
kali ini kau masih kelabu
tanpa kerlap-kerlip taburan di tempat sang bidadari
tak masalah
meski kelabu, tetap saja menenangkan

Hi...
sama seperti hari-hari sebelumnya
menikmati dekapan sinaran buatan ini, bersama dinginnya udaramu
bersama serakan kisah yang harus aku teruskan
dan aku gila untuk ini

Hi...
semoga tidak ada rinai denganmu kali ini
semoga tak ada curahan melimpah
yang membawa limpasan ke muara ini
dan aku menikmati udaramu

Hi...
kau masih berhias genit manja
bersama remang taburan LED
yang pastinya tak kulihat dari sini

Hi...
aku menikmati saja kedatanganmu...
menumpahkan segala isi kepala
juga dengan beberapa pinta

Hi...
malam...apa kabarmu?
kali ini, aku menyapamu lagi...
bukankah kemarin kita bertemu?
tapi kali ini aku menikmati hadirmu
dengan serakan kisahmu ini...

Senin, 24 Februari 2014

Tik tok tik ...

tik.. tok.. tik...
tik.. tok..tik...
tik..tok..tik..

detak jam dinding itu
terasa sangat lambat
biasanya begitu cepat



tik..tok..tik..
tekstur tanahnya tak terlihat
air seketika berhenti mengalir
dan detiknya sungguh terasa lambat

tik..tok..tik..
hanya 48 jam..
itupun aku yang memutuskan sekarang
siap tidak siap kucoba
meski sebenarnya tidak siap
tapi kalau besok-besok pun bisa jadi tidak siap dari ini

beringsut menjauh untuk bisa berbaur
merasakan jeda..untuk bisa berlanjut
hanya untuk sementara

tik..tok..tik..
tik..tok..tik..
tik..tok..tik..
ah aku mulai gila .. ai ..

Jumat, 14 Februari 2014

Saya Sudah Tidak "Main" Di sana Lagi

Siang tadi, baru beberapa jamlah, saat saya ngajar, sebuah pesan singkat masuk. Meminta saya untuk menjadi saksi di salah satu partai tertentu, biasalah jelang pemilu proyek model seperti ini ramai. Hm, seru kali ya kalau ikut berpartisipasi di ajang pesta demokratisasi di negara ini, hajatan besar gitu loh, belum lagi semarak kaos warna-warni, ketemu beberapa saksi juga dari partai tetangga, tapi sayangnya saya sudah tidak lagi berminat "bermain" di partai, apapun itu. 



Sungguh tidak membenci salah satu partai, saya bukan hater party, enggak sebegitunya sih, cuma ya saya termasuk yang dissapointed ajah gitu. Jangan tanya kenapa ya, kalau saya bilang alasannya nanti malah khawatir kalau saya membuka aib atau malah seolah-oleh seperti hater ;)

Islam itu berpolitik memang, Rasulullah juga dulu berpolitik, tapi bolehkan kalau kita memilih untuk  tidak berada dalam salah satu partai? hm, edisi jungkir balik nih, tapi yeah well ini kehidupan. Saya kadang bertanya sendiri, apakah nanti suatu hari akan ditanya kamu Islam apa? parpolnya apa? jamaahnya apa? presiden partainya apa? taatnya pada siapa? nyoblosnya siapa?

Jadi jawaban sms tadi singkat saja, "maaf pak saya tidak bisa."

Si bapak (salah satu pengurus partai) sepertinya belum tahu benar bahwa saya sudah tidak lagi bermain di partai (nya). Padahal sudah beberapa tahun saya tidak aktif, sering tidak pernah menghadiri agenda rapat atau apapun, meski tidak memutus silaturahim, tapi saya membatasi diri. Pelan-pelan saya mundur teratur, bukan memisahkan diri, tapi saya malah ingin berbaur dengan beraneka warna yang lain--termasuk warna partai tersebut tentunya ;) tanpa mau terkotak-kotakkan, tanpa mau mengafiliasikan diri pada organisasi/partai tertentu, dan tentunya yang saya yakini, Islam tetap agama saya, tidak pada embel-embel bendera salah satu partai saja.

-Allahualam Bishowab-

Rabu, 12 Februari 2014

Ai-Nii-Ai



Ai...
malam semakin panjang
semakin penuh cerita

Ai..
fajar hampir datang, tapi aku masih tetap terdiam di sini
merasakan irama degup jantung ini
mengikuti alur cerita-cerita kita

Ai...
kita masih akan melanjutkan semuanya
bukan masalah lama atau cepat
bukankah waktu kita sudah sama-sama tertulis

Ai..
tak ada luka tergores
ternyata memang seperti inilah yang kurasakan
mungkin sedikit kekhawatiran saja
bisa jadi karena kita masih berjarak

Ai..
jingga itu indah, tapi merah merona jauh lebih genit dan manja
kau jawaban

Ai..sama seperti yang jarang-jarang kau katakan...
Tapi aku pernah ungkapkan kepadamu juga
aku merasa sepertimu ...
Ai..cerita ini tak akan pernah ada habisnya

Ai-Nii-Ai--

Kamis, 06 Februari 2014

Kelopak Berkaca

kelopak ini berkaca
hanya berkaca..
hangat
tumpah ketika ada sesuatu yang kupinta ke langit
berharap diceritakan malaikat kepada Rabb yang Maha welas asih

kelopak ini berkaca
turun hangat ke atas sajadah
ada rindu yang kuletakkan saja di atas hamparannya



kelopak ini berkaca
ada tetes hangat
tatkala tangan tengadah mengiba ampunan, juga pinta

kelopak ini berkaca
jantung berdegup kencang
semua-semua-semua
kuadukan pada Yang Maha Memiliki
semua-semua-semua kupinta segala solusi
juga untuk kemudahan-kemudahan untuknya...untukku...untuk kami

Rabu, 29 Januari 2014

Hening-Pekat-Samar

sumber : dokumentasi Adi Tri Purnanto


Kata tak berjeda
Rasa termanggu malam
Dalam pekat gelap
Tak banyak menjelaskan
Tapi aku tahu

Malam masih ingin bercerita
Hingga pagi menjelang
Dalam pekat
Hanya satu cahaya samar

Kau menengadah
Menyeringai

Menderu
Berteriak
Aku tak tahu
 
Hanya ada gundah yang kurasakan
Mungkin hanya ada satu cahaya, meski samar
Mungkin juga ada gelisah, ada rasa yang tersamarkan
Itu pun aku tak tahu jelas
Hanya satu cahaya yang masih samar
Kontras, pekat, kontras, gelap, cahaya....

Karena kita selalu bercerita
Meski hening, meski kosong, meski pekat, meski samar
Hingga pagi menjelang.....

Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...