Sabtu, 12 September 2015

Lelah Bermimpi, Sesal Tak Pernah Lelah Mendekati

Mimpi... ternyata tidak semua orang berani bermimpi lho..kenapa?

Nah lho, kali ini tulisan perdana saya di awal kehamilan yang maboknya sudah berlalu di trimester pertama..hehe,maaf jadi curcol. Entah mengapa terlintas sebuah kata.."mimpi" yup mimpi, duluu sekali saya sempat ingat perbincangan dengan kawan lama di sebuah gang sempit menuju sekolah tercinta kala SMA. Kira-kira gini deh obrolannya kalau saya enggak salah ingat, yeah kan emang kata suami saya saya ahli sejarah jadi suka nginget-nginget yang udah lampau, ups..jadi gini obrolan saya sama dia:

Doi : "Put, elo mau nerusin ke kampus mana?"
Saya : "Oh ya gue kalau enggak UI ya UNJ, sebenernya sih itu udah mentok, soale ga boleh kuliah di luar kota sih."
Doi : "Wah negeri semua tuh, emang enggak ada cadangan kampus swastanya apa?"
Saya : "Enggak ada, gue tetep kudu masuk negeri, kalau enggak gue enggak bisa kuliah, enggak ada duit, swasta mahal. Emangnya elo mau masuk kampus mana?"
Doi : :Yah, gue sih enggak ngimpi masuk negeri, takut jatuh entar gue shock lagi, cadangan swasta juga masih cari tempat nih, yang penting tetep ada cadangan."
Saya : "Ooh..gitu."

Dan kami tak melanjutkan perbincangan karena dah sampai sekolahan. Tapi efek kalimatnya masih membekas di ingatan saya. Pertama, gilee bener, kalau cadangan kampus swasta sih enggak usah dipikirin, karena kemungkinannya persaingan di kampus swasta itu relatif tidak sulit, daripada menghabiskan energi untuk itu lebih baik untuk berjuang mati-matian di kampus negeri. Lalu yang kedua ini yang masih berefek pada saya sampai sekarang, ternyata memang tidak banyak orang yang berani bermimpi, bahkan sekedar bermimpi, entah takut tidak bisa menggapainya atau entah tidak merasa mampu memiliki energi untuk mewujudkannya?

Kata mereka, mimpi adalah bagian dari semangat kehidupan, dengan mimpi kita menjadi termotivasi untuk bangkit dan menjadi lebih baik lagi, tidak mengalir seperti air di tempat yang datar. Hidup juga tidak boleh datar-datar saja, meski ada sederet mimpi yang mesti diperjuangkan.

Hanya saja permasalahan lagi, dari sekian orang yang bermimpi ternyata sedikit sekali yang mau mengorbankan energinya untuk mewujudkan mimpinya. Kemalasan dari dalam diri adalah musuh terbesar untuk meraih mimpi. Entahlah, ketika malas memeluk tubuh, kasur yang keras dan dipenuhi kutu busuk saja menjadi tempat yang nyaman untuk ditiduri, tanpa berusaha bangkit dan mengusahakan kasur yang lebih baik dan layak untuk ditiduri, semua itu karena rasa malas.

Rasa malas, apapun alasannya menjadi bumerang terbesar bagi para peraih mimpi. Padahal kisah sejati membuktikan bahwa tidak sama mereka yang bekerja keras meraih mimpi dengan mereka yang bertopang dagu dan hanya tiduran di atas kasur kerasnya. Padahal begitu banyak bukti menunjukkan bahwa si pemalas hanya akan tenggelam dalam impian-impian kosong, dan si pejuang akan menikmati jerih payah setelah ada peluh dan rasa sakit yang dirasakan.

Mudah vs sulit, ya begitu mudah mengatakan ini, menyusun menjadi bait-bait paragraph yang sejatinya diperuntukkan diri sendiri. "Ah ngomong sih gampang!" Kurang lebih begitu yang akan keluar dari lidah si pemalas tatkala ada saudaranya menasehati untuk menyisingkan lengan baju, tapi tidak bagi si pejuang. Usaha yang ia lakukan memang sulit, dan ia merasa tidak mudah untuk memperjuangkan mimpinya yang tampak seperti taman yang berpagar dengan indah, namun tatkala di dekati taman indah itu berpagar jeruji duri yang tidak mudah untuk dipijak, tapi selalu ada usaha untuk menjadikan yang sulit menjadi lebih mudah.

So, jelas ini pengingat bagi diri saya sendiri, juga sekedar berbagi pada sahabat. Rawatlah mimpi dan jangan pernah menyerah untuk keadaan yang tidak mudah dilalui, sebab sesal tak pernah jera mendekati siapa saja.


Allahualambishowab

Met weekend sobat ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...