Jumat, 11 Januari 2013

Jangan Bangga Menyandang Status Mahasiswa, Apalagi Dengan Gelar Sarjana!


"Saya bingung mau kuliah apa langsung kerja, kalau kuliah-saya juga bingung mau ambil jurusan apa, kalau kerja saya belum siap kerja."

Kalimat di atas kurang lebihnya kalimat yang sering terungkap, menjelang detik-detik kelulusan. Bingung mau ke mana. Yup, setidaknya ada 4 K setelah lulus sekolah lanjutan atas.
1. Kuliah
2. Kerja
3. Kawin
4. Kagak ngapain-ngapain alias nganggur..upss..eeh, enggak ya?? hhe

Nah saya tidak akan bahas K yang ketiga atau yang ke empat, saya mau bahas K yang ke satu dan kedua saja.

Banyak di antara kita berpikir idealis. Lulus sekolah lanjutan atas cepat kuliah, dan akhirnya lulus, terus kerja dengan enak dan "nyaman", Ada juga yang berpikiran lulus sekolah bisa mudah mendapat pekerjaan lalu nyambi kuliah dan hidup nyaman. Ya, tidak ada yang salah memang dengan konsep idealis tersebut, tapi teman, ada berapa banyak orang-orang di luar sana yang berpikiran serupa. Kuliah atau Kerja, sama-sama untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Idealnya memang seperti itu, tapi kenyataan menjawab lain. Butuh usaha lebih keras untuk bisa berjuang di tempat kerja sehingga kita tidak menjadi orang-orang yang termarginalkan, juga butuh usaha yang keras untuk bertahan di lingkungan akademis (universitas/akademi) untuk juga tidak hanya sekedar menyandang status mahasiswa.
Nah, saya mau bahas K yang pertama. Kuliah!
Kuliah. Tapi kenyataannya, berapa banyak di antara kita yang kuliah tapi tidak mendapatkan apa-apa. Jika teman-teman kuliah hanya "sekedar" ingin tetap mempertahankan status sebagai "anak sekolahan" sebaiknya lupakan saja keinginan untuk kuliah, jika niatnya hanya ingin kuliah dengan harapan mendapat pekerjaan yang layak dan pantas jika sudah lulus nanti, sebaiknya buang jauh-jauh niatan untuk kuliah. Karena berapa banyak sarjana yang akhirnya jadi pengangguran, tidak memiliki kompetensi apa-apa. Sebab tanpa kuliah pun asalkan gigih dan ulet kita juga bisa kok menghasilkan banyak uang. Untuk apa kuliah buang-buang uang jika hasilnya tidak ada bekas/ atsar dari ilmu yang sudah ditularkan para praktisi pendidikan.
Banyak sekali mahasiswa yang tidak banyak tahu apa-apa, bukan hanya ilmu di dalam kelas, di atas kertas, tapi juga ilmu pendidikan. Begitu banyak lulusan universitas, menyandang gelar sarjana, tapi sama sekali tidak arif dalam menjalankan kehidupan dengan mengaplikasikan ilmu yang ia miliki. Mengapa? Sebab dari awal ada yang salah mungkin dari niatan. Niat kuliah hanya dilandasi "sekedar" sekedar mengikuti kemauan orang tua yang membiayai, sekedar ikut-ikutan trend, sekedar untuk bisa cari uang kelak setelah lulus. Alhasil, banyak sekali sarjana yang tidak siap ketika dilepas di "dunia" yang sesungguhnya. Bagaimana mau memiliki niat kuliah, jika dalam memilih kuliah saja tidak tahu apa yang menjadi kompetensinya. So, akhirnya jadi asal milih jurusan, dipilihkan orang tua, yang katanya akan banyak dibutuhkan di dunia kerja nanti. Miris, ketika bertemu dengan mereka yang menyandang status mahasiswa, tapi pola pikir sama persis dengan mereka yang masih duduk di bangku sekolah lanjutan atas. Yang malas membaca, baik membaca buku, ataupun membaca keadaan, alhasil mereka seolah tak ada isinya-konsep berpikir minimalis-padahal mengaku sebagai mahasiswa, dan nantinya kelak menjadi sarjana yang jangan-jangan tak ada isinya. Hanya bangga dengan gelar S di belakang namanya, yang menginginkan gaji besar dengan alasan "saya kan sarjana" padahal wawasan pas2an, keterampilan pas2an, pengalaman kerja masih belum ada, tapi masih mengadigungkan embel-embel gelar di belakang namanya.Lupakan kuliah, jika masih malas membaca.
Sabahat, jika masih ada yang ingin meneruskan sekolah/kuliah hanya untuk maksud seperti di atas, lebih baik lupakan saja. Buang-buang uang, waktu, pikiran, dan tenaga. Lain halnya jika di antara kita berniat melanjutkan sekolah karena dilandasi kesadaran bahwa menuntut ilmu sebagian dari ibadah dan berharap ilmu yang kita miliki bisa bermanfaat untuk orang lain, ok lanjutkan. Satu hal yang perlu saya garis bawahi, status mahasiswa, sarjana, master, doktor atau pun yang lain sama sekali tidak ada efeknya untuk dibanggakan, jika si penyandang gelar memiliki kompetensi minus, mental yang rendah dalam memandang sebuah kehidupan yang rumit. Gelar/status tersebut sama sekali tidak ada artinya. Tapi jika kita serius di bidang yang kita geluti, memaksimalkan potensi, memanfaatkan untuk kemaslahatan lingkungan, Insya Allah ilmu yang kita miliki akan menjadi berkah.
Jadi tak usah bingung mau lanjut ke mana, tanya pada diri sendiri, kompetensi diri ada di mana? Jika memilik kuliah, maka jadilah mahasiswa yang expert di bidangnya, dan jika memutuskan kerja, juga jadilah karyawan yang selalu mengembangkan potensi diri. Artinya, jadi apa kita nanti sama sekali tidak ditentukan oleh sederet gelar di belakang nama kita, tapi ditentukan bagaimana sikap terbaik kita dalam menghadapi dan menjalani proses kehidupan yang sebenarnya. Bukankah guru terbaik adalah pengalaman hidup, dan menuntut ilmu itu hukumnya wajib! di mana saja, tidak tersekat pada ruang yang bernama universitas, institut, atau akademi. Tapi jika telah mendapatkan kesempatan berada dalam ruang akademis tersebut, maka gunakan dan manfaatkan dengan sebaik mungkin. Itulah amanah sebagai seorang mahasiswa. Sebab kelak apapun yang kita lakukan, akan dipertanggungjawabkan di hadapanNya.

-AllahualamBishowab-

2 komentar:

Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...