Saya
bukan tidak suka pada kalian wahai orang-orang kesayangan para malaikat, tapi
sayangnya, di antara kalian akhir-akhir ini, senang sekali berghibah di media social,
mungkin niatnya mengomentari atas perilaku-perilaku yang tidak sesuai syariat,
tapi lambat laun, tulisan pedas kalian acapkali menimbulkan kesan, Islam itu
keras.
Social
media dunia maya bak jamur di musim penghujan dengan segala pernak-perniknya, mulai dari kaum intelektual, sampai orang-orang (maaf) tidak memiliki
kesempatan sekolah. Situs jejaring pertemanan, ya di sana mulai terangkai
cerita, mulai hanya sekedar penghibur diri hingga ada yang menjadikannya
sebagai sarana dakwah, tak sedikit juga sebagai corong kampanye dari partai
politik, sah-sah saja, selama bukan konten pornografi dan pemunculan isu
SARA-menurut saya-
Rupanya tidak hanya
sekedar untuk ajang narsis diri, pamer kebolehan, dan yang lainnya, sebagian
dari kita hanyut di situs jejaring pertemanan. Kita tergelitik untuk
mengomentari apa saja, mulai permasalahan ecek-ecek, hingga permasalahan
negara.
Masalahnya akhir-akhir
ini saya tidak terlalu nyaman dengan perilaku sebagian dari komunitas sebagian
orang-orang yang dinilai baik secara penampilan, mengenakan pakaian taqwa,
menutup aurat, bahkan belajar mengaji tiap seminggu sekali, mengapa rajin
sekali mengomentari kesalahan orang-orang yang dianggap sebagai lawan?
Ya, tentu saja, yang
melakukan hal tersebut bukan hanya kalian, mereka pun tak kalah membabi buta jika
mengomentari lawan-lawannya, menyebarkan fitnah dan berita bohong, menjelekkan
dengan makian dan ucapan yang sangat kotor, tapi jika kalian wahai para saudari
yang begitu menjaga diri, dimanakah letak perbedaan kalian dengan kaum
tersebut?
Tergelitik memang
untuk mengomentari sesuatu hal yang kalian pahami itu diluar syariat, tapi
apakah tidak ada cara yang lebih baik dari sekedar berteriak di social media
hingga menjadikan phobia sebagian orang yang tak paham bagaimana Islam
mengajarkan. Maka, munculan sebutan-sebutan tak menarik untuk kalian, padahal
bukankan kalian adalah kaum yang terdidik untuk senantiasa menjaga dan menahan
baik secara lisan maupun perbuatan?
Saudari sholehah, jilbab
memang bukan ukuran tiada cela yang dilakukan, dan tiada dosa yang ditanggung,
tapi bukankah kalian pahami bahwa pakaian taqwa itu adalah filter, filter untuk
lebih menjaga diri dari perkataan, perilaku, dan sikap yang terlampau keras.
Bukankah telah tertulis dalam sebuah kitab yang pernah kalian baca betapa lemah
lembutnya teladan kita Nabi Muhammad SAW?
Saya paham, maksudnya
agar menunjukkan kalian bukan mahluk lemah, lantas diinjak-injak seenaknya oleh
orang-orang yang ingin mengaburkan syariat, tetapi adakah cara lebih elegan dari
sekedar mengghibah, menyebarkan berita yang belum tahu pasti dari mana sumber
pastinya, dan menyebarkan kesalahan orang lain? Atau bahkan berteriak lantang
yang bisa saja berakibat pada orang lain yang tidak respek lagi dengan bendera
yang kalian kibarkan? Jika senang menyebarkan kesalahan dan mengomentari dengan
nyinyir, lantas apa bedanya dengan infotaiment setiap pagi dan siang di
televisi?
Alakulihal, kalian
begitu berharga wahai mahluk mulia, dengan apapun berbagai cara demi tegaknya
syariat, tapi cara yang baik masih menjadi sorotan utama di negeri kita
tercinta, maafkan saya yang lancang menulis ini, saya pun tak kurang cela, alpa
banyak pula, tapi saya punya cinta, untuk kalian wahai saudari yang pandai
menjaga diri.
Wallahualam Bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar