Rabu, 11 Januari 2017

Pilih Wanita Karier atau Ibu Rumah Tangga?



Wanita karier versus ibu rumah tangga, adalah salah satu obrolan panjang episode keluarga selain poligami, hehe. Hal ini dimulai dari sebuah diskusi atau anggaplah rumpian wanita seputar perlunya bekerja. Tapi saya tidak akan menceritakan rumpian tersebut, hanya secara garis besar saya tergelitik untuk menjadikan sebuah tulisan.

Sungguh tak ada yang salah bagi wanita yang bekerja a.k.a wanita karier, Jadi bukanlah sebuah aib jika wanita bekerja dan berkarier selama mendapat izin dan restu dari suami. Utamanya memang suami yang mencari nafkah untuk keluarga, tetapi jika khalayak membutuhkan sumbangsih tenaga dan pikiran dari kaum wanita, maka akan menjadi berkah tersendiri bagi kehidupannya. Bayangkan saja apa yang terjadi jika semua dokter pria, tak ada bidan, tak ada guru wanita, dan beberapa profesi yang membutuhkan wanita, padahal penduduk bumi saat ini didominasi kaum wanita.

Secara kodrati wanita memang di rumah, mengurus anak dan mendidiknya agar menjadi bibit-bibit unggul, tapi lagi-lagi sungguh tidak salah jika salah satu niat wanita bekerja, selain mengamalkan ilmu yang ia miliki, namun juga membantu suami untuk mencari rupiah demi kesejahteraan keluarga dengan ikhlas dan atas ridho suami. Bahu membahu dalam proses perbaikan perekonomian keluarga. Selama kepentingan anak dan keluarga tidak menjadi korban. Korban atas materialisnya wanita pekerja yang akhirnya melupakan niat dan tujuan awalnya.

“Sungguh di antara dosa yang tidak bisa ditebus dengan pahala shalat, sedekah, atau haji, maka bisa ditebus dengan kesusahpayahan mencari nafkah (HR. Ath Tabhrani)”
Maka bekerja adalah berpahala, bekerja adalah penghapus dosa, bekerja menjadikan diri semakin berarti, bekerja adalah mulia, maka bekerja adalah manisfestasi dari rasa syukur kepada Rabbnya atas potensi yang telah diberikan. Dan sungguh tak ada yang salah jika wanita bekerja selama ia bertanggung jawab atas kodratnya sebagai ibu dan istri.

Demikian pula dengan Ibu rumah tangga. Dan bukahlah sebuah aib jika seorang wanita hanya di rumah saja sebagai Ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang tak ada jeda dalam bekerja. Yang bahkan saat malam hari di kala manusia istirahat dia masih menggunakannya untuk melakukan segambreng aktivitas rumah tangga yang tiada henti. Beberapa wanita mengeluhkan betapa bosan dan penatnya saat ia melakukan aktivitas rumah yang itu-itu saja tanpa ada selingan-selingan pereda penat. Ada beberapa wanita yang pernah mengeluhkan kepada saya, bahwa sepertinya ia tidak berdaya guna, hanya di rumah, menerima uang bulanan dari suami tanpa bisa berbuat apa-apa. Namun, sudah menjadi janji Allah, jika Allah akan mencukupkan kebutuhan setiap mahluknya. Jika memang Allah menghendaki keadaan kita yang demikian, maka itulah yang terjadi. Ibu rumah tangga pun tetap mulia, ia mengorbankan waktu istirahat untuk pekerjaan yang tiada usai. 

Ibu rumah tangga memiliki waktu lebih untuk mengurus, mendidik, serta menjadikan sang buah hati menjadi insan utama. Ibu rumah tangga, tetap dapat mengaktualisasikan diri dengan potensi yang ia miliki meski hanya berada di dalam rumah. Ibu rumah tangga pun bisa menjemput rizki Allah walau di rumah. Ibu rumah tangga punya tambahan waktu dhuha untuk bermunajat kepada Allah agar suami dilimpahkan rizki yang halal dan berkah. Ibu rumah tangga tetap bisa berdaya guna, meski urusan sehari-harinya adalah dapur, sumur, dan kasur. Ibu rumah tangga juga dapat menciptakan surga bagi suami dan anak-anaknya. Ibu rumah tangga adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ibu rumah tangga kedudukannya tetap mulia di mata Allah SWT.

Kembali lagi, seorang wanita apapun statusnya maka yang perlu digarisbawahi adalah tetap menjadikan Allah SWT sebagai tujuan utama. Kemuliaan bukan diiukur dari apakah dia wanita karier atau bukan, kemuliaan diukur dari seberapa besar manfaat yang telah diberikan selama Allah memberi jatah kehidupan baginya.
Wanita adalah perhiasan, Mom’s sebaik-baik wanita adalah yang menjadi istri sholehah bagi suaminya. Menjaga harta, dan kehormatan suami, menjadikan anak-anaknya sebagai generasi Robbani, bukan generasi yang hilang. Mom’s laa tahzan, apapun yang dirasakan inilah episode kehidupan, Allah sebaik-baik tempat mengembalikan semua urusan. Wanita karier menjadi maanfaat bagi umat, Ibu rumah tangga pun tetap berdaya guna bagi umat, anak, bagian dari umat, yang akan membuat merah-hitamnya peradaban.
Wallahualambishowab

Catatan pengingat diri – putse, 11-01-2017—Sragen---21.05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...