Jumat, 14 November 2014

Mimpi Itu Panjang, Iradah ...

"Ide itu bertebaran di muka bumi, seperti rahmat Allah yang bertebaran, hanya yang sulit adalah mengalahkan "alasan" --- dikutip dari kalimat Mbak Asma Nadia mix sama Ari Khusrini--

Well, sruput teh dulu, jumat pagi semangat kan? besok weekend, saatnya melakukan sesuatu yang menyenangkan. 

Tulisan saya diawali untuk menanggapi keluhan seorang teman-Iradah namanya, pipinya gempil dan senyum manisnya, bikin gemas setiap mencubit pipinya ;) . Mimpinya hebat, punya konsep juga, bakat ada, modal ada, semangat ada, mungkin tinggal sisi teknis yang belum lengkap (ada bumbu yang kurang)  ;) dia ingin jadi penulis..ya dan menurut saya dia sudah menjadi penulis, masalah sudah ada buku atau belum itu hanyalah kesempatan, tapi saya yakin dan percaya, bukunya sebentar lagi akan ter-display dengan apik di rak toko buku besar :D

Bukan curhat sih, tapi sekedar berbagi saja, keinginan saya menjadi penulis itu sudah ada sejak saya semester satu di kampus, waktu itu usia saya masih delapan belas (masih imuut kaan?? wkekeekek), ya, dan pertama kali saya verbalkan keinginan/mimpi dibumbui ambisi itu saat saya, Monos, Dewo duduk bareng di perpustakaan, ngerjain tugas plus ngerumpi, hingga terlontarlah kalimat : "Gue sebenernya pengen jadi penulis Wo, Nos," kata saya pada Dewo dan Monos, anak geografi yang udah enggak ada padanannya deeh.

Monos nyengir aja sambil manggut-manggit, modelnya Monos yang selow dan cenderung membahagiakan lawan bicara dengan tidak terlalu sering mendebat, berbeda dengan Dewo yang cukup reaktif, "Kalau Puput mau jadi penulis, mestinya dari sekarang udah mulai nulis, udah mulai kirim ke majalah, koran, penerbit, enggak cuma pengennya aja," jleeb..mendingan ditusuk pake tusuk gigi deh, daripada denger kalimatnya Dewo barusan, hehe.

Saya jadi ingat pepatah Cina, Obat Baik Pahit Rasanya, kalimat Dewo pahiiit rasanya, tapi mujarab hasilnya, meski harus menunggu bertahun-tahun lamanya. Pasca kalimat Dewo itu saya bukannya rajin nulis, malahan makin rajin baca..lhooo? Ya, sebab setelah itu saya merasa memantaskan diri untuk menjadi penulis, bisakah? boro-boro ngirim tulisan ke majalah, koran, boro-boro nulis, bahkan mimpi jadi penulis, sebab saya rasa-rasa, perbendaharaan kata saya minim, apalagi diksi, apalagi teknik menulis, waduuh masih jauh.

Mencuri-curi waktu di perpustakaan, selain buat ngerjain tugas yang minimalis, malahan saya sering nongkrong di lantai 4, tempatnya novel-novel kece dipajang, tugas geografi gampaanglaah...dapet-dapet nilai B juga enggak apa, C juga masih tak apa, asalkan jangan D, heheh (jangan ditiru) 

Kali itu, saya tidak hanya menikmati cerita yang disuguhkan penulis di novel itu, tapi saya juga mulai belajar bagaimana si pengarang membuat karakter penokohan, alur, dan konflik, plus memperhatikan diksi yang digunakan. Mimpi saya reset ulang, punya keinginan saja tidak cukup, apalagi hanya dengan emosi, semuat butuh perencanaan yang matang plus amunisi :D

Pasca kuliah saya merasa punya waktu lebih luang, karena setiap pulang kerja paling saya tidur-tiduran, nonton televisi, daripada menghabiskan waktu dengan seperti itu kembali saya ingat mimpi saya yang tertunda. Bismillah...saya mulai membuat cerita, mengirim ke majalah, ikut lomba-lomba dan hasilnya....alhamdulillah kalah :D

Bahkan pembangunan sebuah Taj Mahal yang indah saja membutuhkan waktu yang tidak sebentar, salah satu analogi itu yang menguatkan saya untuk sabar menulis. Kalah itu biasa, menang juga biasa, yang luar biasa itu kalau buku dipajang di Gramedia terus lebih luar biasa lagi kalau jadi best seller... wekekekekq ;)

Batu pijakan saya selanjutnya adalah pada tahun 2010, Oktober, saya diundang via media sosial untuk mengikuti workshop menulis, dari penulis ternama- Mbak Asma Nadia, nekat ikut, modal tabungan yang segitu-gitunya, merogoh kocek dengan cukup dalam, empat ratus ribu hanya untuk workshop yang cuma sehari (dari jam 09.00-17.00) tapi uang sebesar itu yang membuat saya meringis saya anggap itu sebuah investasi dari mimpi-mimpi panjang saja. Kalau kata pepatah jawa : Jer basuki mowo beo, artiin sendiri yaks..hehe, eeh enggak-deh, jadi artinya kurang lebih tidak akan ada kesejahteraan tanpa modal/biaya/etc..gitu deh...

Dari acara itu mata saya melek, gimana teknik nulis, bikin plot, alur, konflik, sampe deskripsiin cerita yang baik, penokohan karakter yang hidup, plus mental yang baik. Enggak moody-an, sabar nulis, merangkai cerita, dan yang terpenting banyak membaca.

Setelah acara itu, alhamdulillah, tahun 2011 saya ikut lomba lagi setelah melalui kekalahan berkali-kali (enggak kapok ceritanya, hehehe) alhamdulillah saya naskah saya diperhitungkan dalam sepuluh naskah favorit, dibukukan, di-display di Gramedia, senang bukan kepalang meski baru punya satu buku, itu pun meski belum best seller, tapi tak apa, selanjutnya...mimpi saya masih panjang dan berproses tidak mudah, tapi saya menikmati.

So, ini untuk Iradah, teman saya yang sholihah ;), semua bisa dicapai, bisa dipelajari, frustasi kala membuat cerita itu biasa, kurang semangat saat menulis juga biasa, tapi yang luar biasa itu kalau saat lemah dan kurang semangat timpa dengan multivitamin, ya buku-buku multivitaminnya, tak usah menunggu lama, nanti juga akan sehat lagi.

Iradah, next penulis inspiratif berikutnya, saya percaya itu, butuh kekuatan untuk mengalahkan berbagai alasan, butuh juga buku-buku sehat, berkumpul dengan mereka yang sudah hebat mengeluarkan lebih dari satu buku, perbanyak link. Sukses Iradah..love you  ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...