Sabtu, 19 Februari 2011

Lirak - Lirik Matamu Nyontek

Suasana kelas di SMA Indonesia Raya ketika ujian tengah semester.Hening. Apalagi ujiannnya Fisika. Sebenarnya sih murid-murid hening bukannya khusyu ngerjain, tapi lebih tepatnya karena tersepona liat soal Fisika yang super duper susye. 15 menit pertama semua anteng, apalagi yang ngawas ujian Bu Siwi, guru Bahasa Indonesia,yang rada-rada kejam tapi padahal baik lho (kalau bukan saat ujian dan manis lagi terus kadang suka narsis).
Matanya seneng banget lirik kanan-kiri, depan-belakang. Dah kayak penari bali aja, hehehe. Bu Siwi emang rada sadis kalau ngawas, semua tingkah siswa selalu diperhatikan yang di belakang pun tidak luput dari pengawasan bu Siwi, sayap kanan, sayap kiri,sampai bagian tengah. Kalau sampai ketauan nyontek, Bu Siwi punya cara. Ya kalau doi lagi enak hati, paling-paling ditegur atau diliatin. Tapi kalau doi lagi kesel, wah hati-hati tanpa tedeng aling-aling lembar jawaban dan soal bisa ditarik, kadang disobek tanpa perasaan, sadis! (lho, kok ngawas tergantung kondisi hati, guru yang aneh?) Hehe namanya juga manusia, guru juga manusia katanya candil. Tapi yang pasti yang bikin Bu Siwi marah besar kalau ada murid yang nyontek mulu, dari no kecil ampe no buntut (maksudnya semua nomer gitu). Waduh nyontek apa ngerampok?
Menjelang menit-menit pertengahan siswa SMA Indonesia Raya mulai kewalahan.
“Busyet ni soal Fisika, susye bener. Berasa kita mau jadi pengganti Einstein aja kali," bathin Tyo, salah satu murid yang paling ceria dan rada caur sehari-harinya. Tapi kali ini roman wajahnya mengkerut, dahi berkerut, muka ditekuk. Gayanya dah kayak auditor KPK yang lagi ngaudit pejabat negara. Keringat di dahi ngucur,di hidung juga eh salah itu mah ingus ya (ih apa sih).
Lain lagi sama Ando, salah satu warga kelas XI IPA
“ Pst..pst..Fit no 12 dong,” bisik Ando, seraya menoleh ke tempat duduk Fitri.
Fitri tak menjawab, hanya tangannya yang mengacungkan 2 jari ke arah Ando.
Ando sigap melihat jari tangan Fitri, langsung tanpa mikir apa-apa lagi, apalagi kroscek kevalidan jawaban, langsung tancap gas. Dia langsung membulatkan salah satu jawaban di lembar jawab.
“ Fit, kalau no 23-30 apaan ..,”bisiknya lagi
"Nanya apa ngerampok," bathin Fitri
“Gue juga belum Ndo, sory deh, otak gue nge hang nih,”kelit Fitri
Sebenarnya bukan ngehang sih, sebenernya Fitri boong gitu sama Ando. Ya kalau satu atau dua soal mah dikasih tapi kalau sampai bererot, hadoh ini mah penjarahan jawaban namanya. Wong semalem aja Fitri ampe teler belajar Fisika, eh si Ando malah mau plagiat jawabannya. Tak usye-lah ya.
Ando mulai beraksi lagi manggil-manggil Agus, padahal udah jelas-jelas kredibilitas Agus tuh diragukan. Strategi yang baiklah kalau Ando nanya sama Fitri jelas karena Fitri otaknya oke banget. Hal itu diakui oleh teman dan dinisbatkan oleh guru kalau Fitri emang gape bener sama itung-itungan. Lah ini Agus? yang kalau ulangan aja nilai bleweran, kadang malah bagusan Ando, walau sama-sama doremi sih..hihihi, tapi setidaknya Ando sering di atas Agus. Ya kalau Agus dapet nilai 2 Ando dapet 3 lah, kurang lebih gitu (ih itu nilai atau apa ya?).
Tapi kenapa juga Ando nanya Agus ? jawabnya karena Agus duduk di depan Ando, secara nama sama sama A jadi kalau diurutin abjad yah pasti deketanlah. Lagian Agus keliatan lempeng-tanpa beban, kayaknya mah doi ngarepin jawaban dari temen-temennya yang high quality. Karena yang gampang buat ditanya Agus, jadi okelah, tak ada rotan akarpun jadi. Akhirnya terjadilah kerja sama antar manusia malas dan tak berkredibilitas. Kadang Agus nanya dan Ando jawab, kadang Ando jawab dan Agus nanya, eh sama aja ya.. maksudnya kadang sebaliknya pokoknya mah kerjasama. Lucu juga ya padahal mereka sama-sama tidak belajar semalam atau sebelumnya, tapi pede getho buat saling kerjasama.
Alangkah kerennya daripada saling kerjasama di kelas pada saat ujian, mending kerjasama sebelum ujian,kerja kelompok,buat kelompok belajar gitu. Tapi kenyataannya yang ada di kepala mereka bukan belajar melainkan bermain. Kelompok bermain lebih tepatnya, main di warnet PB (Point Blank) ala-ala games anak jaman sekarang, atau ngenet yang ga ada manfaatnya. Terus main Futsal. Makanya giliran ujian yang ada jadi kelabakan.
Dehemen Bu Siwi membuyarkan mereka yang sedang nyontek, kerjasama, ngebet, atau pekerjaan tak terpuji sejenisnya. Saat ini mata Bu Siwi tajam melihat Ando dan Agus yang lagi khusyu kerjasama. Awalnya Ando tak sadar tapi Agus yang sadar kalau mereka sedang diperhatikan. Agus memberi kode pada Ando dengan kedua alisnya yang naik turun kaya layangan singit, tanda kalau Bu Siwi sedang memperhatikan mereka berdua.
Lucunya Ando pake ngeliat kearah Bu Siwi, karuan aja bikin Bu Siwi makin curiga. Mata Ando dan Bu Siwi saling beradu pandang, Bu Siwi senyum sinis, sambil geleng-geleng kepala. Ando malah senyum manis, semanis mungkin. Gula mah lewat kaleee. Yang ada malah bikin Bu Siwi empet. Roman wajah Bu Siwi jadi berubah rada gahar seraya membelalakan kedua matanya.
“ Ando, Agus! kalau macem-macem lagi jangan nyesel ya kalau soal saya tarik!” ancam Bu Siwi yang mulai kesal. “ Yang lain juga jangan macaem-macem kalau mau selamat!”lanjut bu Siwi
“ Deuuu ni guru kayak gak pernah muda aja, kayak gak pernah nyontek aja waktu sekolah dulu,” bathin Alya, yang dari tadi juga sebenarnya mengadakan kegiatan tanya jawab sama Berlian, cuma belum ketangkep kering aja aja sama Bu Siwi.
“ Saya juga dulu sekolah, tapi saya tidak pernah melakukan hal bodoh seperti kalian,” ujar Bu Siwi tiba-tiba, seperti tahu apa yang barusan dibathin oleh Alya. “Bagi saya mencontek adalah perbuatan bodoh!” Saya juga sama seperti kalian kurang bisa bahkan tidak suka sama pelajaran Fisika, tapi nyontek tidak ada dalam kamus saya, lebih terhormat nembak jawaban alias ngasal daripada nyontek!” lanjutnya lagi.
Kontan pernyataan Bu siwi disambut gemuruh para siswa, ada yang percaya, ada yang nyorakin setengah nggak percaya. Ada juga yang diem aja, ngedumel kesel, apaan sih ni guru, pake acara ceramah plus curhatan lagi.
Sadar kalau pernyataannya bukan disaat yang tepat Bu Siwi langsung mengkondisikan keadaaan seperti semula .
“Udah-udah diam, sekarang lanjutkan pekerjaan kalian!” tukas Bu Siwi.
Karena Bu Siwi juga tahu kalau suasana gaduh terus ada oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Memanfaatkan keadaaan buat saling tanya-jawab alias nyontek !
Sisa waktu tinggal 45 menit lagi.
Di sayap kanan bagian depan ada trio P yang duduk berdekatan. Ponti,Poltak,Parto.
Mereka ternyata gak jauh beda sama Ando dan Agus. Malah parahnya lagi kertas buram yang seharusnya buat ngitung-ngitung malah dipake Parto buat gambar-gambar yang tidak jelas. Padahal jelas-jelas Fisika butuh rumus enggak pake gambar. Bukannya mikir trio P malah cekikan, cengar cengir, kadang plonga-plongo kayak enggak punya salah plus udah mentok sama Fisika.
Mereka juga tak luput dari pantau Bu Siwi. Seperti biasa Bu Siwi tersenyum penuh makna, alias senyum sinis. Tapi emang dasar trio P rada sableng kayaknya nggak ngerti ya kalau seyuman itu bermakna teguran. Mereka malah nyengir kuda.
“ Ponti, Poltak,Parto kalian sudah selesai?"
“Belum Bu..”jawab mereka kompak. Sadar kalau itu bukan pertanyaan tapi teguran mereka langsung diem.
Si Ponti malah tak kalah error, kertas buram yang sudah tidak bermanfaat. Apanya yang mau diitung wong rumusnya aja udah diluar kepala alias diluar ingatan, tidak ada yang hafal. Jadi ini kertas lebih bermanfaat buat origami aja ya. Asli Ponti udah nyerah banget. Jadi tingkahnya udah enggak karuan.
Dalam hati Bu Siwi sebenarnya miris. Gimana bangsa mau maju kalau nyontek sudah menjadi kebiasaan. Kebiaasaan akan melahirkan pola. Pola akan melahirkan sterotipe dan stereotype adalah salah satu bentuk kepribadian masyarakat. Kalau sudah melembaga ya itulah kita. Ada yang menganggap yah namanya anak sekolah wajarlah kalau mencontek.
Jika gurunya saja sudah memaklumi perbuatan buruk maka siapa lagi yang akan dijadikan teladan. Kalau gurunya saja sudah punya mental plagiat muridnya akan seperti apa. Kalau gurunya saja sudah acuh dan lebih butuh uang dibanding dedikasi maka akan seperti apa nasib anak bangsa !!!
Bu Siwi berpikir jangan-jangan siswa mencontek dan suka melakukan perbuatan curang bisa jadi disebabkan dia sebagai guru yang kurang bisa memberi arahan yang baik. Ketika menjelaskan bukan membuat mengerti tetapi malah membuat bingung. Kurang dekat dengan siswa sehingga siswa sudah menjadikannya sebagai rival. Kalau sudah tidak suka dengan guru manalah mungkin siswa bisa menyukai pelajaran yang disampaikan. Bu Siwi mencoba mengintrospeksi diri.
Ah semua memang saling terkait tak bisa disalahkan siswa seratus persen, kasihan mereka. Mereka adalah manusia yang belum mengerti dan sudah seharusnyalah orang tua atau guru yang sering-sering mengingatkan ke arah kebaikan. Bukan malah mengacuhkan atau memaklumi kesalahan mereka. Atau parahnya lagi malah menyalahkan siswa yang salah.
Sebagai siswa pun sebaiknya sadar, wong namanya siswa, pelajar tugas mereka adalah belajar. Belajar yang baik tentunya. Untuk apa ada jam pelajaran kalau akhirnya ketika ujian malah nyontek. Alih-alih menyalahkan guru yang kurang jelas lah, yang galak lah, yang tidak bisa diajak kerjasama lah. Padahal apa susahnya untuk belajar terus-menerus. Toh para siswa SMA Indonesia Raya sebagian besar berada dalam kondisi sejahtera. Orang tua mereka tidak pernah menuntut untuk mereka bekerja,mencari uang. Mereka hanya dituntut untuk belajar. Gitu aja kok repot.
Tapi di kelas ini ada yang membuat Bu Siwi bahagia. Masih ada beberapa siswa yang serius mengerjakan ujian sendiri tanpa bekerja sama. Memanfaatkan waktu ujian sampai selesai. Tidak seperti beberapa orang yang sudah mengumpulkan karena sudah ngerasa mentok. Waktu satu setengah jam di pangkas jadi satu jam, satu jam sudah cukup untuk bergulat dengan soal Fisika yang bikin kepala muter tujuh keliling. Alhasil waktu satu jam banyak yang sudah pada nyerah, nyerah buat ngumpulin. Mau hasilnya gimana juga bomat (bodo amat) deh. Senyum Bu Siwi mengembang saat melihat Husni dan Listri dua mahluk manis,imut. (Secara Husni biar cowok tapi mukanya rada hemat dan imut) yang belum menyerah dengan Fisika. Prinsip mereka terus berjuang sampai bel selesai berbunyi.
Siswaku apapun tingkah polah kalian, yang pasti Ibu sebagai pembimbing dan sebagai teman tetap akan selalu di belakang kalian. Jika kalian tidak tahu maka aku yang tahu yang kan menunjukkan. Jika kalian sering berbuat kesalahan, maka kami yang tahu wajib membenarkan. Kalian itu adalah aset bangsa yang lebih berharga dari emas sekalipun. Ya Aset bangsa …. !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...