Kamis, 27 September 2012

Teman Sejati Tak Akan Memadamkan Keimanan

"Kumencari-cari teman yang sejati
Buat menemani perjuangan suci
Bersyukur kini padaMu Ilahi, teman yang dicari
Selama ini telah kutemui"
(Teman Sejati-Brothers)

Sahabat...izinkan saya kembali berbagi rasa. 

Sahabat, ketika kaki ini tertatih dengan segala sandiwara dunia, siapakah yang pertama kali menegur kita? tentu saja Allah, melalui perantara orang-orang sholeh pilihanNya. Hadirnya beragam, mulai dari orang terdekat, atau bisa juga dari orang jauh yang atas nama ukhuwah dia hadir untuk senantiasa memberikan pengingatan.
Sahabat, kita sering sekali terlena, berjalan terlalu dipinggir, kadang malah tergelincir. Bukan pilihan tepat jika kita memutuskan untuk berjalan sendiri. Bukan pilihan tepat, jika kita berpikir mampu memuhasabah diri sendiri tanpa membutuhkan teman-teman sejati. 
Yang ada kita makin silau, dan makin merasa benar. Makin merasa cinta dengan gemerlap dunia, makin merasa bahagia dengan berbagai sanjungan dan pujian yang sifatnya semu, makin merasa amal sudah baik di hadapanNya. Bahkan Amirul Mukminin Umar Bin Khatab r.a, menangis sejadi-jadinya tatkala merasa ada sedikit ujub dalam hatinya.
Sahabat, cukuplah kisah seorang mujahid yang tak masuk surga karena dia begitu ujub. Allah tidak memasukkannya ke dalam surga beserta mujahid yang lain, karena dia berjihad bukan karena Allah, namun agar dia mendapat sebutan pahlawan. Naudzubillah, semoga kita dihindarkan dari rasa ujub, apalagi kesombongan meski sebesar biji sawi. 
Sahabat, bukankah yang kita dapatkan di dunia ini adalah semuanya cobaan? Cobaan untuk menjadikan siapa yang terbaik di hadapan Allah. Kita seringkali sukses ketika mendapat cobaan kesulitan. Kita semakin dekat dengan Rabb Penggenggam jiwa manusia, namun tatkala berhadapan dengan cobaan berupa kenikmatan, kaki ini begitu mudahnya tergelincir. Batas antara syukur dan ujub menjadi tipis rasanya. Dan kita benar-benar membutuhkan teman. Teman sejati selalu hadir dengan nasehat-nasehatnya yang jujur. Teman sejati, tidak akan pernah melempar debu di hadapan saudaranya sendiri. Tak akan memberikan pujian yang melenakan, teman sejati justru hadir dengan tutur-tutur bijaknya, pengingat diri. Meski awalnya terasa seperti sebuah tamparan keras. Tapi seperti pepatah Cina, Obat Baik, Pahit Rasanya. Segala sesuatu yang pahit tertelan, percayalah, ada banyak kebaikan di dalamnya.
Maka mencari komunitas dan teman yang baik adalah harga mati jika kita menginginkan kebaikan untuk keimanan kita.
Bukankah Allah telah berjanji akan memberikan naungan pada hari dimana tidak ada naungan selain naunganNya, yaitu salah satunya kepada orang-orang yang saling mencintai karena Allah dan tetap berada di jalanNya. 
Sahabat, kita akan mudah dimangsa srigala tatkala kita berjalan sendiri, namun jika bersama, kita menjadi tak terkalahkan. 
Semoga kita tergolong ke dalam orang-orang yang saling mencintai karena Allah. Hingga kelak, Allah akan memberikan naungan dimana tidak ada lagi selain naunganNya. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang peka, bahwa dunia dan isinya adalah fatamorgana belaka. Apapun yang kita lakukan di bumi ini, sejatinya hanyalah manifestasi syukur atas semua karuniaNya. Maka tak layaklah sedikitpun membanggakan diri. Bersyukurlah ketika kita memiliki teman-teman yang akan selalu mengingatkan langkah-langkah kecil ini. Dan ukhuwah terlalu mahal jika harus ditukar dengan kenikmatan duniawi yang melenakan.



Allahua'lam Bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...