Selasa, 01 Oktober 2013

Aku, Tulisan Perjalanan, dan Agustinus Wibowo ^^

Suka baca buku travel? petualangan? catatan perjalanan? Ah, saya suka sekali. Awalnya sih kepaksa, gara-gara saya belajar Geografi, mau enggak mau harus punya banyak referensi tentang suatu wilayah. Bosen ya kalau baca buku teks, nah jadi lebih seneng deh baca catatan perjalanan dari orang-orang yang singgah di suatu tempat. Biar hemat, biasanya saya beli majalah traveler, itu kan udah dirangkum tuh perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, juga dengan harga yang relatif murah. 

Tahun 2011, ada seri buku perjalanan yang menarik. Taraaaaaaa.....penulisnya Agustinus Wibowo, pria keturunan tionghoa kelahiran Lumajang. Doi yang tadinya kutu buku dan enggak suka  kena matahari (liat aja kulitnya kinclong gitu heheh) eeeh...karena sebuah alasan yang besar, doi malah melanglang buana ke tanah leluhur. Kalau saya enggak salah, doi menyelesaikan S2nya di Beijing. Terus melanglanglah-Agus Weng- ke Asia Tengah. Padahal kalau lihat tampangnya...waduuuh jauuuh dari kesan petualang yang saya bayangkan. Postur tubuhnya sedang, mata sipit, kulitnya putih-kinclonglah (mungkin jadi rada gelap karena ke sana-ke mari kena debu..hehe), tutur katanya halus, ya kalau saya lihat sih cara ngomongnya kayak malu-malu gitu deh, ehehhe. Tapi omo-omo...doi petualang di tempat-tempat konflik! Asia Tengah, Afganistan, Kashmir, Nepal,Tibet, dan negara-negara yang jujur bikin saya iri, dan saya sih enggak jamin apa bakalan berani menginjakkan kaki di Afganistan dan semua negara-negara yang berakhiran "stan". Padahal, kalau kita lihat catatan perjalanannya saya jadi mupeng ke sana. Emang sih deg-degan, tapi ternyata emang itu yang dicari Koko Agus Weng, "deg-degan" gokil ya doi, bertaruh nyawa untuk kepuasan perjalanan, entah apa yang diperjuangkan.

Pelajaran Kehidupan.
Saya sering kagum sama orang yang udah pernah ke mana-mana, yang enggak cuma di satu tempat aja, pasti mindset mereka lebih terbuka, tentang suatu hal. Tahun 2004, saat saya ke Maninjau, ketemu sama orang Aceh yang tinggal di sana, dia cerita banyak hal tentang "betapa sulitnya" adaptasi di tempat baru, dan dia baik banget sama saya, dia bilang, sebagai sama-sama perantau kita harus saling menolong" aaaaiiiih co cweeet ^^. Beneran deh, saat kita melangkahkan kaki ke suatu tempat, banyak pelajaran yang kita dapat, jangan cuma kantor-ruman, sekolah-rumah, tapi coba pergi ke suatu tempat, betapa banyak hal yang bisa kita dapat. Dan saya mengerti sekali kenapa Agus Weng rela banget jauh-jauh jalan cari "deg-degan" di negara-negara itu, dan saya juga tahu kenapa Duo Ransel juga selalu melakukan petualangan dari satu tempat ke tempat yang lain.

Beda budaya emang bikin kita tergagap-gagap, tapi ujungnya asik, seru, dan jadi sedih saat kita mau balik lagi. Saya memang belum pernah menetap agak lama di suatu daerah. Perjalanan yang saya lakukan enggak pernah lama, paling cuma beberapa hari, tapi, meski sebentar tapi saya usahakan rekam dengan baik, terutama hikmah dari tiap jengkal kaki yang saja jejakkan. Pastinya ada kearifan lokal di sana. Kearifan lokal yang unik, meski kadang kita sedikit mengerutkan kening, memicingkan mata, dan kadang kurang bisa saya terima mentah-mentah, tapi balik lagi, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. 

Makanya saya tidak heran, betapa Koko Agus Weng dengan semangatnya meninggalkan S2 jurusan komputer dan memutuskan fokus jadi traveler dan jurnalis, karena segudang hikmah yang dia dapatkan di sana. Saya kayaknya rada mirip deh sama Koko Agus Weng (hehehe mirip-miripin ajah) Iya rada mirip, dia itu dulunya penakut. Katanya jalan ke Jakarta-Surabaya aja takut, nah saya banget tuh, dulu waktu masih sekolah parno banget, mau naik Gunung Salak aja parno (baca: takut) beneeeer. Udah kepikiran ntar gimana, nanti gimana. Tapi setelah dijalanin? Alhamdulillah biasa ajah :). 

Sebenernya emang kita enggak perlu takut, di manapun tanah yang kita pijak, di sana juga bumi Allah. Allah ada di mana saja, lantas kenapa mesti takut? Yah, dalam Alquran pun kita diminta melakukan perjalanan, maka akan banyak pelajaran, bahwa satu sisi yang tak bisa kita tampik, betapa banyak kemusyikan di muka bumi ini. 

Aduh saya enggak tahu deh postingan ini maksudnya mau ngulas betapa menyenangkannya perjalanan atau mengulas tentang Agustinus Wibowo yah? heheh whatever deh, tapi jujur banget, saya ngefans (enggak pake banget) sama Koko Agus Weng..hihi (semoga istrinya enggak marah, hihihi--yaah kan cuma ngefans sama tulisannya yah samalah kayak saya ngefans sama Kang Abik dan Mbak Asma Nadia ^^ ) oh ya alasan kedua kenapa saya suka banget sama tulisan Agus Weng, foto-foto hasil jepretan doi keereeeeen (pakai banget) ya ampun, sumpah itu bikin saya ngiri dan bikin imajinasi ini udah berasa ada di sana. Nepal, Tibet, Mongolia, Uzbekistan, Kazakstan, semoga bisa ke sana. Afganistan, Kashmir, India, hehe, enggak masuk dalam list impian saya, belum seberani Koko Agus Weng kalau menginjakkan kaki di Afganistan. 

Ok..cukup postingan siang ini.. Siang Semangat ^^



-Allahualambishowab-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...