Senin, 14 Oktober 2013

Kurban, Keluarga Ibrahim a.s, dan Cinta di atas Cinta

"Kurban, bukan masalah mampu tidak mampu, tapi mau tidak mau!"
 
 
Besok, 10 Dzulhijah hari raya Idul Kurban, terlempar beberapa abad silam, ketika  tiga anak manusia diuji kecintaanNya pada Allah yang Maha Penggenggam jiwa. Dari sebuah mimpi seorang ayah untuk mengorbankan anak tercintanya, anak yang sekian lama didamba kehadirannya, tapi demi membuktikan cintanya pada Sang Khalik, ia rela mengorbankan anak terkasih tersebut.
 
Ada cinta di atas cinta. Tentu saja, siapa yang tidak cinta pada belahan jiwa yang lama didamba kehadirannya, penerus keturunan, pemberi doa-doa dan penghimpun segala kebaikan. Tentu saja, mana ada cinta ayah kepada anak hanya sepanjang penggalan, jika itu ada, maka dunia akan terjadi ketidakseimbangan. Ketika cinta itu diuji, lantas apa yang akan terjadi? Tidak ada jalan lain sebagai seorang hamba Allah yang beriman selain mengutamakan cinta kepada Sang Maha Pecinta. Ketiga manusia tersebut mungkin sudah sangat kita kenal. Ya, merekalah keluarga teladan yang tiada bandingnya. Sang ayah: Nabi Ibrahim a.s, Sang Bunda Hajar, dan sang anak: Nabi Ismail a.s. Mereka sudah membuktikan kecintaan pada Allah SWT, hingga Allah yang Maha Pengasih dan Pemurah memberikan ketentuan terbaiknya, membalas kecintaan dengan cinta yang jauh lebih besar, menggantikan anak manusia dengan seekor kambing. Subhanallah! apa jadinya jika anak manusia itu tidak digantikan dengan yang lain? Allahualambishowab
 
Itu artinya, betapa Allah sudah meringankan langkah anak Adam untuk mengorbankan sesuatu kerena Allah. Hanya dengan hewan kurban yang bisa dibeli, bisa ditabung, bisa dicicil. Apalagi jaman sekarang, jikalah kita memiliki barang semacam gadget, kendaraan yang bisa kita beli dengan kredit, tapi membeli kambing kurban yang harganya sebanding dengan barang-barang yang sudah ada di genggaman kita. Lantas apa yang memberatkan kita untuk membeli hewan kurban? Allahualambishowab, jawabannya bisa bervariaasi, tapi bisa jadi karena memang tidak ada kemauan, bukan karena tidak mampu. Banyak jalan menuju roma, banyak cara untuk memudahkan kita untuk berkurban. Bisa dengan menabung. Rasanya kurang adil jika mmbeli kendaraan saja kita bisa mencicil, sementara untuk membeli kendaraan di akhirat, kendaraan hakiki kita kelak saja sulit. Bukankah itu salah satu cara terkecil kita untuk membuktikan cinta kepada yang Maha Pecinta?
 
Semoga pengorbanan kita diterima dihadapanNya, dan menjadi salah satu amalan yang memudahkan kita melangkah ke jannahNya.
 
 
Allahualambishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Sulit Mengelola Ide

Malam ini saya hanya sekedar berbagi  ringan tentang permasalahan ide. Tulisan ini didasari oleh pengalaman pribadi yang bertahun-tahun...